Lihat ke Halaman Asli

Ari Indarto

TERVERIFIKASI

Guru Kolese

Sketsa Wanita: Penjaga Warisan Leluhur

Diperbarui: 21 Juni 2023   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjual jamu di Padukuhan Kiringan, Canden, Jetis, Bantul (Sumber: KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO) 

Jamu. Kesehatan perlu terus dijaga dan dirawat. Tradisi hebat dan luar biasa nenek moyang dalam menjaga kesehatan selalu memanfaatkan beragam hasil alam. Bukan hanya mencegah dari serangan penyakit, jamu terkadang dipercaya juga menyembuhkan beragam penyakit. 

Mbok Musiyem, seorang wanita setengah baya dari Sukoharjo, Jawa Tengah sudah hampir dua puluh tahun menghabiskan waktu di jalanan. Bukan sebagai tukang ojek, penjaja bakso, atau penjual sayuran, tetapi selama dua uluh tahun setia pada profesi berjualan jamu gendong. Dua anak yang dilahirkannya telah selesai kuliah dan telah berjalan dengan kekuatannya masing-masing. Sementara sang suami begitu tekun untuk bekerja sebagai penjual bibit tanaman. 

Dua puluh tahun menekuni profesi sebagai penjual jamu tidak begitu terasa, apalagi kemampuan untuk meracik jamu memang telah diwariskan oleh sang ibu yang telah lima belas tahun yang lalu menghadap yang maha kuasa. Jamu racikannya seolah telah menjadi idola ibu-ibu dan remaja di sepanjang jalan Sukoharjo, Semin sampai Karangmojo. Perjalanan yang begitu jauh, tetapi terus ditempuh penuh kegembiraan dalam jadwal berjualan yang begitu ketat. 

Sekilas tentang jamu 

Jamu adalah kekayaan budaya bangsa. Sebagai warisan leluhur yang sangat berharga, keberadaan jamu dianggap memegang peranan penting dalam usaha memelihara kesehatan dan kebugaran masyarakat Nusantara. Sejarah panjang jamu Nusantara berkaitan dengan beragam penyembuhan yang dilakukan nenek moyang. Usaha-usaha menyembuhkan penyakit dengan beragam ramuan dan doa-doa selaku dikaitkan dengan ketrampilan meracik beragam bahan alami yang diperoleh dari kekayaan alam Nusantara. 

Jamu yang sebenarnya berasal dari bahasa Jawa Kuno ‘jampi’ sebenarnya telah digunakan dalam zaman kerajaan-kerajaan Nusantara, sehingga sebuah naskah kuno Gatotkacasyara yang ditulis oleh Mpu Panuluh dari kerajaan Kediri dipercaya menyimpan informasi mengenai keberadaan jamu sebagai ramuan penyembuhan beragam penyakit. 

Beragam ramuan dan jenis jamu pun mulai berkembang seperti jamu kunyit asam, beras kencur, cabe puyeng, pahitan, kunci suruh, kudu laos, uyup-uyup dan jamu sinom. Meski di masyarakat jamu-jamu seperti jamu temulawak, secang, semelak, galian singset, watukan, pegalinu,  serai seringkali lebih dikenal karena bahan-bahan yang mudah didapat.

Perkembangan ragam jenis jamu sebagai obat herbal asli Indonesia diracik menggunakan bahan-bahan alami untuk menjaga kesehatan dan juga menyembuhkan penyakit. Bahan-bahan yang digunakan pun cukup mudah ditemukan di lingkungan sekitar, seperti daun, rimpang, batang, buah, bunga, dan kulit batang.

Jamu Gendong 

Mbok Musiyem tidak lagi merasakan beratnya mengendong jamu-jamu yang telah dibuatnya dalam botol-botol jamu yang telah disiapkan. Jamu yang diproduksi ala rumahan, jamu gendong,  telah menjadi idola ibu -ibu dan remaja. Banyak pelanggan Mbok Musiyem  akan selalu menantikan kehadiran dalam hari-hari tertentu. Memang tidak setiap hari Mbok Musiyem menjajakan di daerah tertentu, karena begitu banyak daerah yang juga menjadi pelanggan setianya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline