Waktu. Sela-sela bergulat dengan kerja terasa kuat menyiksa ketika rasa hati dihadirkan dalam setiap perjumpaan. Menjadi sebuah keluarga menjadi muara untuk mengekang segala daya yang mulai tenggelam.
Jika terus bergular dalam dunia kerja, waktu takkan usai. Pekerjaan selalu terus hadir, tumpukan dan target kerja menjadi dunia yang melupakan segalanya. Meski aturan dunia kerja selalu membatasi dalam delapan jam kita seharusnya menyelesaikan tumpukan kerja. Namun, seringkali tuntutan-tuntutan yang harus dipikul menghabiskan waktu untuk keluarga.
Jakartaku
Jakarta. Sebuah kota dengan beragam tekanan hidup, tuntutan-tuntutan budaya kerja yang terkadang tak lagi menghiraukan batas manusia untuk menghabiskan waktu di kantor-kantor. Tidak cukup kita berada di kantor delapan jam, tidak cukup kita diperjalanan empat jam. Maka, setengah hari kehidupan tersita dalam serangkaian usaha yang terus menghidupi pekerja.
Menuju pusat Kota Jakarta menghabiskan waktu berjam-jam, meninggalkan Kota Jakarta menuju ke rumah menghabiskan waktu berjam-jam. Rasanya waktu begitu saja habis tertelan perjalanan hidup. Sebagian hidup kita adalah sebuah perjalanan yang terus bergulung sampai tua. Begitulah Jakarta menyiksa jutaan pekerja.
Jakarta menjadi salah satu kota dengan waktu perjalanan yang paling tinggi di dunia. Jutaan pekerja yang berjuang untuk hidup di Jakarta, rata-rata menghabiskan waktu lebih dari 22 hari per tahun hanya untuk perjalanan ke tempat kerja. Banyak masalah yang mungkin tidak menjadikan sebuah perjalanan ini mendukung para pekerja; tranportasi umum yang tidak memadai, berlimpahnya kendaraan sehingga membuat kemacetan, tumpukan jam kerja yang sama, atau Jakarta menjadi pusat segala aktivitas; ekonomi, sosial, budaya, politik, pemerintahan, dan pertahanan.
Relasi Setiap Manusia
Bagaimanapun setiap manusia selalu membutuhkan kedekatan relasi. Relasi individu yang memiliki minat, hobi, atau lingkungan sosial yang serupa membentuk relasi teman sebaya. Beragam pengalaman dalam relasi pertemanan ini dapat mendukung sikap sosial, berbagi pengalaman, dan sumber dukungan emosional untuk terus berdaya dalam gempuran kesibukan di kota besar.
Terkadang Kota besar seperti Jakarta juga memberikan peluang untuk memunculkan relasi organisasi atau komunitas. Banyak orang yang merasa perlu untuk bergabung dalam komunitas atau organisasi yang memiliki minat atau tujuan yang sama, misalnya, klub olahraga, kelompok seni, atau kelompok sukarelawan. Komunitas ini biasanya menyediakan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang-orang dalam minat yang serupa untuk berbagi pengetahuan atau melakukan kegiatan bersama.