Gadget. Kehadiran gadget dengan segala macam fiturnya sungguh menarik. Bukan hanya menjadi kebutuhan pokok orang dewasa, keberadaan gadget sudah menyasar anak segala usia. Segala generasi hidup dalam komunikasi virtual tanpa batas.
Gadget menjadi kebutuhan pokok setiap manusia. Kehadirannya menguasi hampir seluruh aspek kehidupan. Hampir seluruh aktivitas hidup dilakukan dengan bantuan gadget, misalnya, belanja, aktivitas keuangan, komunikasi, bekerja membuat desain, konten media sosial, dan beragam aktivitas lainnya. Kehadiran gadget bukan lagi sebagai alat komunikasi, tetapi begitu sangat dominan sebagai alat bantu berbagai aktivitas.
Ketergantungan
Ketergantungan terhadap penggunaan gadget pun sangat tinggi. Bukan hanya orangtua, remaja dan anak-anak menjadi sasaran empuk promosi gadget dengan segala macam fiturnya.
Tidak heran, jika anak-anak dalam segala usia sudah menggunakan gadget untuk berbagai aktivitas; bisa belajar, atau sekadar bermain. Apalagi dorongan sekolah yang memungkinkan anak-anak menggunakan gadget semakin meneguhkan dan menguatkan bahwa aktivitas anak tanpa gadget adalah anak-anak kuno dan ketinggalan zaman.
Begitu mudahnya orangtua memberikan gadget kepada anak, bahkan dalam umur-umur yang seharusnya membutuhkan lebih banyak aktivitas fisik dan relasi sosial. Di masyarakat masih begitu banyak ditemui, anak-anak dua atau tiga tahun disuguhi permainan dan hiburan dari gadget.
Padahal, sebenarnya ada waktu yang tepat untuk seorang anak memulai penggunaan gadget. Keputusan menggunakan dan memberikan gadget bagi anak sebenarnya juga tergantung pada usia, kedewasaan, kebutuhan, dan kepentingan pribadi.
Penggunana gadget pada anak memang perlu kehati-hatian dan disesuaikan dengan kebutuhan. Orangtua perlu memastikan kapan seorang anak perlu menggunakan gadget agar si anak tidak tergantung pada gadget yang mengakibatkan kecanduan. Beberapa kejadian penggunaan gadget yang berlebihan pada anak pada akhirnya merugikan si anak sendiri.
Misalnya, AN (12) siswa kelas 6 SDN Banjarpanjang, Kabupaten Magetan bolos sekolah 4 bulan gara-gara kecanduan game online. Setiap hari, AN baru tidur jam 5 pagi dan bangun jam 4 sore.
Sementara sore sampai jelang fajar, AN sibuk bermain game online. Psikiater RSJD Amino Gondohutomo, Hesti Anggriani mengatakan tiga anak yang rata-rata berusia 9 tahun harus menjalani terapi karena kecanduan game. Dua pasien benar-benar murni adiksi atau kecanduan game. Satunya lagi didiagnosis gangguan jiwa karena main game terus. Sabtu (19/10/2019). (1)