Lihat ke Halaman Asli

Ari Indarto

TERVERIFIKASI

Guru Kolese

Kanisian Mengenal Lebih Dekat: Belajar Bahasa Arab dan Belajar Tapak Suci

Diperbarui: 9 Oktober 2022   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kanisius mengikuti latihan bersama Tapak Suci, salah satu kegiatan khas Pesantren Al-Furqon (dokpri)


Jakarta. 9 Oktober 2022. 18 siswa SMA Kanisius jakarta tinggal bersama para santri Pesantren Al-Furqon, Singaparna, Tasikmalaya selama 3 hari, 3-6 Oktober 2022. Kegiatan ini sebagai bagian dari kegiatan ekskursi pesantren dan seminari.  

Pesantren Al-Furqon adalah salah satu dari dua belas pesantren lain yang menjadi tujuan ekskursi. Pesantren yang menjadi tujuan ekskursi tahun 2022 ini adalahj, Ponpes Al-Marjan (Cipanas, Lebak Banten), Ponpes Cinta Rasul (Cibungbulan, Bogor), Ponpes Al-Ittifaq (Rancabali, Bandung), Ponpes Modern Sahid (Pamijahan, Bogor), Ponpes Darul Arqam Muhammadiyah (Cibiuk, Garut), Ponpes Nur El-Falah (Petir, Serang), Ponpes Al-Furqon Muhammadiyah Garut (Cibiuk, Garut), Ponpes At-Tajdid (Singaparna, Tasikmalaya), Ponpes Nadwatul Ummah (Astanajapura, Cirebon), Ponpes Al-Mizan (Jatiwangi, Majalengka). Selain itu Seminari Menengah Stella Maris (Bogor) juga terlibat dalam kegiatan.

Kedelapan belas siswa yang tinggal di Pesantren Al-Furqon tersebut adalah Raynor Tanahbrata, Richard Bryan Antonius, Roland David Sunyoto. Evan Tobias Tanoni, Fabian Ariasena Santoso, Jehezkiel Prayoga Benjamin Sianipar, Keenan Putera Halim, Hatorangan Bintang Pratwo Nainggolan, Narasimha Kusuma Aliwarga, Fortuno Dominic Johanson, Jason, Jason Franklynn Kurniawan, Gregorius Ivan Aditya Purwahendra, Jeremy Agustian Suwandi, Jovan Wilbert Soegiarto, Michael Dharmawan, Gabriel Putera Margono, Gamaliel Areteo Pramuditya dengan pendamping Ari Indarto dan Alfonsa Maria Theoterra.Selama tiga hari, berbagai kegiatan diikuti dalam bentuk kolaborasi. Pagi sampai siang hari seluruh siswa terlibat dalam proses pembelajaran di kelas, pelajaran bahasa Arab, kaidah keislaman, pelajaran kimia, dan matematika. Latihan Pencak Silat Tapak Suci, pertandingan kolaboratif basket, futsal dan voli dilaksanakan pada sore hari. Pada malam hari, diskusi dan sharing kelompok dilakukan untuk semakin mengenal satu sama lain. Sebuah proses mengenal dan mendekatkan diri.

Seluruh Kanisian, sebutan untuk siswa Kolese Kanisiua, sangat antusias mengikuti seluruh acara yang berlangsung mulai pukul 03.30 - 22.00 WIB. pelajaran kosa kata bahasa Arab dan ekstrakuriluter pencah silat Tapak Suci, dua kegiatan yang sangat menyenangkan dan mengasyikkan. Disela-sela proses belajar, muncul tawa dan canda diantara santri dan Kanisian. Tidak salah, jika waktu 2 jam berlansung begitu cepat.  

Pengalaman berjumpaan dengan santri melalui berbagai kegiatan, entah di kelas ataupun di luar kelas, diharapkan akan menegaskan kembali arti persahabatan dan kebersamaan. Dua nilai yang akan  memperkuat sikap toleransi, bukan pemicu perpecahan. Sekaligus akan memberikan gambaran bagaimana keberagaman Indonesia itu tergambar dalam suasana kolaboratif santri dan Kanisian.  

Kegembiraan Santri dan Kanisian setelah mengikuti berbagai acara selama ekskursi (dokpri)

Peran Kolese Kanisius Memelihara Keberagaman

Sebagai lembaga pendidikan yang merangkul keberagaman, seluruh  siswa Kolese Kanisius datang dari berbagai latar belakang, baik suku, agama, dan budaya. Pendidikan untuk kaum muda ditujukan untuk melahirkan calon pemimpin yang mampu menciptakan dan merawat persatuan. Maka karakter 4C (competence, compassion, conscience, commitment) menjadi kunci bagaimana menumbuhkan menumbuhkan toleransi, kebersamaan dan persatuan.

Kegiatan ekskursi ini dapat  terlaksana berkat kerja sama dengan NU, Muhammadiyah dan Seminari Stella Maris, Bogor ini dan  dirancang untuk mendekatkan peserta didik pada keragaman Indonesia.  Melalui kegiatan ini, Kanisian kelas 12 diharapkan mempunyai  pengalaman nyata berelasi dalam beragam keyakinan sehingga semakin tumbuh pemahaman akan  arti penting dan cara-cara merawat persatuan.

Kegiatan eksursi pesantren yang telah berlangsung selama lima tahun ini  bertujuan agar Kanisian memahami makna dan sejarah persatuan bangsa Indonesia di tengah keberagaman, Kanisian menyadari arti penting dan cara-cara merawat persatuan bangsa, Kanisian belajar hidup dan bersosialisasi di tengah lingkungan yang berbeda dengan keseharian mereka, Kanisian mendapatkan keteladanan untuk berpikiran terbuka dan bersikap toleran di tengah keberagaman, Kanisian memiliki keterampilan berbicara yang mumpuni, serta mampu berpikir kritis, analitis, dan sistematis.

Kegiatan ekskursi ini diikuti oleh 263 siswa kelas XII Kolese Kanisius. Bukan hanya kegiatan "Nyantri", kegiatan ini diawali dengan studium generale/ kuliah umum dengan tema "Merawat Persatuan dalam Keberagaman: Dahulu, kini, dan nanti".  Hadir  tiga orang pembicara, yaitu: Bp. Dr. Hatim Gazali (Anggota Pengurus PBNU-RMI), Bp. Drs. H. Iyet Mulyana H., M.Si. (Ketua LP2P Pimpinan Pusat Muhammadiyah), Bp. Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum (Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia) dan Moderator: Fr. Klaus Heinrich Raditio, SJ (Dosen STF Driyarkara).  

Lalu, apakah kegiatan seperti ini menarik bagi i-generation? Kegembiraan yang tampak di wajah-wajah santri dan Kanisian menjadi tanda bahwa kedekatan santri dan Kanisian dapat tercipta tanpa memunculkan kecurigaan. Kesadaran akan kemajemukan di tengah masyarakat justru akan menandai lahirnya toleransi otentik yang dihadirkan dengan ikhlas di tengah masyarakat. Dan ini harus dihadirkan di tengah-tengah persahabatan yang otentik juga, terutama diantara generasi muda. (AI0610)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline