Lihat ke Halaman Asli

ari imogiri

warga desa

Sejarah Shalat Id di Tanah Lapang di Indonesia

Diperbarui: 20 April 2023   03:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

"Perserikatan Moehammadijah di Djokja, telah adakan sembahjang hari Raja tida di Masdjid, tetapi di adakan di tanah lapang, dan jang sama toeroet sembahjang itoe boekan sadja kaum laki-laki, tapi kaum perempoean toeroet joega, dan boekan sadja orang orang toea-toea, tetapi anak-anak poen sama toeroet sembahjang berdjamaah".
(Majalah Bintang Islam edisi bulan Mei tahun 1925)

Penentuan awal bulan Ramadhan maupun penentuan hari Idul Fitri dan Idul Adha dengan menggunakan metode hisab oleh Muhammadiyah merupakan tradisi praktik keagamaan peninggalan KH. Ahmad Dahlan, pendiri dan President pertama Hoofdbestuur (HB) Muhammadiyah (PP Muhammadiyah). Akan tetapi, praktik penyelenggaraan salat Id di lapangan yang sudah menjadi ciri khas Persyarikatan Muhammadiyah hingga kini ternyata tidak ditemukan dalam rekam jejak kepemimpinan Kiai Ahmad Dahlan.

Sejauh ini ada 2 versi mengenai kapan pertama kalinya Muhammadiyah mengadakan shalat Id di tanah lapang. Versi yang paling sering muncul jika kita bertanya pada Mbah Gugel adalah bahwa dilansir dari laman Muhammadiyah, yang mengisahkan bahwa shalat Id di tanah lapang pertama kali dilakukan oleh Muhammadiyah pada 1926 di alun-alun utara Keraton Yogyakarta.

Versi lain adalah yang disampaikan oleh seorang pegiat pustaka, Muhidin Dahlan yang mendasarkan versinya dari arsip Majalah Bintang Islam edisi No. 9, Th. III bertarikh 16  Syawal 1343 H atau dalam kalender Masehi jatuh pada 10 Mei 1925. Majalah yang dipimpin tim editor, antara lain H. Fachrodin, R.M. Tjakraaminata, Moechtar Boechary, H. Soedjak, dan M. Soemodirdjo ini memuat berita tentang pelaksanaan shalat Id di lapangan Gampingan, Wirobrajan, Yogyakarta pada 1 Syawal 1343 H bertepatan dengan 25 April 1926 dengan judul "Sembahjang hari Raja". Disusul subjudul: "Loear biasa".

Pelaksanaan shalat Id di tanah lapang yang pertama kali dilakukan  itu di-imami oleh voorzitter Hoofdbestuur Moehammadijah (PP Muhammadiyah), K.H. Ibrahim, sementara yang bertindak sebagai khatib adalah Hadji Wasool yang juga Ketua Bidang Tabligh. Baik K.H. Ibrahim maupun Hadji Wasool adalah imam dan khatib pertama shalat Id di lapangan terbuka pada masa Hindia Belanda.

Ada kisah mengenai penyebab Muhammadiyah mengadakan shalat Id di tanah lapang. Dikisahkan bahwa Muhammadiyah kedatangan tamu seorang pendakwah dari India, yang mengkritik Muhammadiyah sebagai organisasi pembaharu namun masih melaksanakan shalat Id bukan di tanah lapang sebagaimana yang dicontohkan di era Nabi. Dari kritikan itulah kemudian akhirnya timbul keinginan untuk adanya pelaksanaan shalat Id di tanah lapang.

Kemudian setelah diperkuat dengan hasil putusan Kongres Muhammadiyah ke-15 di Surabaya tahun 1926 maka konsul dan cabang Muhammadiyah pun mulai melaksanakan Shalat Id di tanah lapang. Maka sejak itulah hingga sekarang Muhammadiyah rutin melaksanakan Shalat Id di tanah lapang. Dan akhirnya sejarah mencatat bahwa pelaksanan shalat Idul Fitri di tanah lapang terus menjadi tradisi yang semakin meluas yang dilakukan oleh ummat Islam tidak terbatas oleh Persyarikatan Muhammadiyah saja namun oleh berbagai ormas Islam yang lain. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline