Lihat ke Halaman Asli

ari imogiri

warga desa

Batari Durga dalam Pewayangan

Diperbarui: 29 November 2021   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika di tulisan terdahulu kita sudah membahas secara ringkas mengenai sosok Durga Mahisasuramardhini yang patungnya terdapat di Candi Prambanan, Yogyakarta yang karena efek dongeng legendaris akhirnya sering disalahfahami sebagai patung Roro Jonggrang, maka kali ini kita akan kembali secara ringkas menuliskan tentang Durga.

Namun berbeda dengan tulisan sebelumnya yang menuliskan sosok Durga sebagai sosok yang cantik jelita dan dipuja sebagai dewi pelindung dan dewi perang, kali ini kita akan menuliskan Durga sebagai sosok yang jauh dari jelita, alih alih justru bersosok raksasi yang mengerikan. Sosok Durga yang seperti ini dapat kita saksikan dalam dunia pewayangan di Jawa. Selain itu, sosok Durga yang berwujud raksasi juga bisa ditemui di beberapa candi di Jawa yang dibangun di era Majapahit, seperti di Candi Sukuh yang terletak di Karanganyar, Jawatengah.

Candi Sukuh ditemukan oleh arkeolog bernama Johnson dalam keadaan runtuh pada tahun 1815 pada masa pemerintahan Gubernur Raffles saat Indonesia berada dalam penjajahan Inggris. Candi Sukuh didirikan pada abad ke 15 masehi pada masa kerajaan Majapahit dipimpin oleh Prabhu Stri Suhita yang berkuasa pada tahun 1429-1446.

Lalu bagaimana sosok Durga yang di candi-candi yang dibangun di era sebelum Majapahit digambarkan sebagai sosok jelita bisa berubah digambarkan sebagai sosok raksasi yang mengerikan di candi-candi yang dibangun di era Majapahit dan berlanjut dalam cerita pewayangan di era pertengahan.

Semua itu bermula dari kitab-kitab yang ditulis di era Majapahit, semisal kitab Sudamala. Dalam kitab tersebut diceritakan tentang asal mula Durga menjadi sosok raksasi yang mengerikan dan menjadi penguasa para raksasa, demit, siluman dan sejenisnya, mirip dengan sosok penguasa dunia bawah dalam mitologi Yunani, Hades. Cuma bedanya kalau Hades sebagai penguasa dunia bawah adalah sosok laki-laki, maka Durga sebagai sosok penguasa dunia bawah dalam mitologi Jawa adalah sosok perempuan.

Jadi, dalam kitab Sudamala dan beberapa kitab lain yang ditulis di era Majapahit, diceritakan bahwa Durga berasal dari sosok Dewi Uma, istri Batara Guru penguasa Kahyangan. Namun suatu ketika, Dewi Uma dianggap bersalah oleh Batara Guru dan dikutuk menjadi sosok raksasi mengerikan dan diusir dari kahyangan, lalu berdiam diri di Pasetran Gondomayit.

Dikisahkan bahwa setelah 12 tahun tinggal di Pasetran Gondomayit, akhirnya Durga bisa berubah wujud kembali menjadi Dewi Uma setelah diruwat oleh bungsu Pandawa yaitu Sadewa yang telah dirasuki oleh Batara Guru. Kemudian anak buah Durga yang berwujud raksasa dan sebagainya juga kembali berubah menjadi dewa dewi dan apsara apsari serta diperbolehkan untuk kembali ke kahyangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline