Membaca tulisan dari Bima Satria, jujur saya agak tertawa, begitu gegap gempita mencoba untuk merendahkan dan membuat citra negatif keberadaan Bima Arya, salah satu calon walikota Bogor usungan PAN dan koalisinya, yang akan bertarung dengan jagoan yang didukung olehnya, yaitu Achmad Ru’yat yang diusung oleh PKS dan koalisinya.
Cuma saja, tulisan yang disajikan begitu usang, karena hanya mencopy paste sebuah tulisan lawas dari tahun 2009. Itu baru yang pertama, yang kedua, yang paling menohok adalah, dia tidak bisa membedakan antara Bima Arya dengan Arya Bima, padahal dua orang ini adalah dua sosok yang sangat berbeda, Bima Arya yang nama lengkapnya Bima Arya Sugiarto adalah salah satu ketua DPP PAN, kelahiran Bogor, jebolan dari Universitas Padjajaran, yang mengajar di Universitas Paramadina, sementara Arya Bima yang nama lengkapnya Arya Bima Trihastoto adalah anggota dewan dari PDIP kelahiran Semarang, terpilih dari dapil Solo raya (Jateng V), yang merupakan jebolan dari Universitas Gadjah Mada.
Kemudian tulisan yang disajikan mencoba menohok dengan argumen-argumen yang tidak terlalu dalam dan logis, misalnya saja bagaimana dia mengatakan bahwa penampilan Bima Arya (dia tulis arya Bima) tidak sebagaimana layaknya penampilan seorang pengamat politik, ini khan cukup lucu, sejauh yang kita ketahui bersama, sosok seorang pengamat politik berbeda dengan sosok militer atau polisi yang berseragam yang dari seragamnya langsung kita ketahui jika mereka adalah seorang militer atau seorang polisi, namun seorang pengamat politik adalah seorang yang karena kapasitas keilmuannya kemudian sering dimintai pendapat dan analisisnya terhadap suatu peristiwa politik, nah tentu dengan demikian tidak ada ukuran standar bagaimana penampilan seorang pengamat politik itu, maka darimana dia (bima satria) bisa mengatakan kalau Bima Arya (dia tulis Arya Bima) tidak terlihat sebagaimana pengamat politik. juga dikatakan bahwa Bima Arya (dia tulis Arya Bima) menjadi pengamat politik lebih karena disorot oleh media, kemudian dia (bima satria) mencoa membandingkan sosok Bima Arya (dia tulis arya Bima) dengan beberapa nama pengamat politik lain seperti Eep Saefullah (padahal sekarang sudah menjadi konsultan politik juga), kemudian Syamsuddin Haris, Indria Samego, Ikrar Nusa Bhakti, Dewi Fortuna Anwar, padahal nama-nama itu menjadi pengamat politik terkenal juga karena disorot oleh media, tanpa sorotan media, mereka, sama saja dengan para peneliti dan akademisi lainnya.
Kemudian ditulis bahwa Bima Arya gagal menjadi jubir presiden, padahal memang tidak ada rencana untuk menjadikan Bima Arya sebagai jubir presiden, bahwa sempat muncul di media, itu khan hanya analisa dari media saja, sebagaimana sering media membuat analisa menjelang pengumuman susunan cabinet. perihal rumor Bima Arya akan menjadi jubir muncul karena dalam masa kampanye presiden 2009, Bima Arya masuk jajaran timses SBY-No.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H