Lihat ke Halaman Asli

Arif Zakiyul Mubarak

Pengamat Politik, dan Akademisi Ushuluddin dan Filsafat

Golput Bukan Solusi, Kemana Mau Kita Bawa Negara Ini?

Diperbarui: 16 Januari 2024   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber; Doc.BingAI, suasana Partisipasi Masyarakat

Banda Aceh-Sebagai negara demokrasi yang memiliki kemajemukan baik suku, adat, budaya, dan agama. Indonesia pada setiap 5 tahun sekali akan di warnai dengan tahun-tahun politik. Ini menandakan bahwa setiap 5 tahun sekali rakyat indonesia akan menciptakan sejarah nya sendiri, apalagi waktu Pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan presiden (Pilpres) tinggal menghitung beberapa hari lagi.

Maka, melalui penulisan ini, penulis mengajak seluruh rakyat Indonesia tidak boleh apatis karena seorang tokoh politik yang telah mewarnai sejarah perjuangan indonesia muhammad natsir mengatakan:

"Kalau saudara memang merasa tidak perlu ikut politik. Tetapi saudara-saudara tidak boleh buta terhadap politik. Kalau saudara-saudara buta politik, maka saudara-saudara akan dimakan oleh politik".

Jika terhadap politik kita buta dalam artian kita tidak mengenal politik, maka kedepannya kita akan tertindas dari politik itu. Namun, Jangan menjadikan politik itu sebagai perpecahan akan tetapi sebagai bentuk intregritas dan komitmen kita.

Menurut hemat di sini, dalam pilpres dan pemilu kita harus memiliki komitmen terhadap siapa yang akan kita pilih dan mewakili suara dan aspirasi kita, mulailah dari sekarang kita menjalin hubungan dan silaturrahmi.

Oleh karena itu, golput atau golongan putih bukan solusi. Golput adalah peserta pemilu yang sudah memenuhi syarat pemilihan tetapi enggan dalam memberikan hak suara tersebut. Yang kita ketahui pada tahun 1971 itu mendatangkan berbagai kontroversial hingga sekarang ini, jangan jadikan alasan teknis dan ideologis untuk golput.

Pertama, golput akibat persoalan teknis. Orang-orang yang memilih tidak menggunakan hak pilihnya karena tidak dapat hadir ke tempat pemungutan suara (TPS) karena sesuatu hal, misalkan pemilih melakukan kegiatan lain sebab hari pemungutan suara dinyatakan sebagai libur nasional. Atau dengan kata lain, mereka yang golput karena alasan teknis adalah kalangan yang apatis dalam urusan politik.

Alasan kedua, masyarakat yang memilih golput adalah kalangan yang melakukan dengan kesadaran karena pemilih menilai tidak ada kandidat yang pantas untuk diberi mandat. Jenis golput ini cenderung sebagai bentuk protes terhadap pilihan kandidat yang terbatas dan dinilai tidak memenuhi aspirasi mereka.

Kita tidak boleh membenci politik pada esensialnya, karena beras yang kita makan saja. Itu sudah banyak diatur oleh negara. Banyak kebutuhan sekunder hingga primer yang di perhitungkan oleh perkembangan politik dewasa ini.

Pemilu dan Pilpres yang berdaulat tidak akan tercapai tanpa adanya partisipasi masyarakat indonesia. Frans Magnis Suseno mengingatkan, "pemilu bukan untuk memilih yang terbaik, tetapi mencegah yang terburuk berkuasa".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline