Lihat ke Halaman Asli

ARIFULHAK ACEH

Tebar Kebaikan Untuk Ummat

Ayam "So Kio-Kio" Nias

Diperbarui: 10 Mei 2022   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau ditanya hewan apa yang menjadi favorit saat ini maka akan muncullah kata ayam. Kenapa ? Karena ayam adalah salah satu hewan jinak dan telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Ibarat  sebuah masakan tanpa garam, hambar   rasanya.  Sehingga wajarlah bila  ayam telah menjadi pelengkap kehidupan manusia.

Hasil Riset

Dari kandungan gizi yang terdapat pada ayam, para pakar  menyebutkan bahwa ayam mengandung vitamin B6 yang sangat dibutuhkan tubuh untuk metabolism karbohidrat, lemak dan protein memproduksi sel darah merah, serta memperkuat sistem kekebalan tubuh. Ayam bisa memberikan Anda hampir 36% dari seluruh kebutuhan harian vitamin B6.

Selanjutnya, vitamin B3 atau Niacin juga ditemukan 72 % dalam daging ayam. Vitamin ini memproses energi dari makanan, dan menjaga fungsi sistem pencernaan, kulit dan saraf. Tubuh yang kekurangan asupan vitamin B3 bisa mengalami kondisi pellagra, yaitu penyakit yang ditandai dengan diare, dermatitis, hiper pigmentasi, radang mulut dan lidah, demensia, bahkan kematian.

Makna Sosial

Dalam masyarakat Nias dikenal satu ungkapan “BÖi hede-hede, manu ndriΨoda” (Jangan cakap-cakap, ayam lauk kita). Ungkapan ini berkaitan dengan situasi ketika sedang makan hendaknya semua anggota keluarga fokus menikmati hidangan. Hal ini mengindikasikan bahwa ayam telah menjadi lauk kebesaran di tengah keluarga Nias. Kebersamaan dan nikmatnya hidangan mempererat ikatan kekeluargaan di antara mereka.

Namun, akhir-akhir ini kenikmatan ayam versi Nias ini terusik dengan mencuatnya  berita di media tentang ayam  “So Kio- Kio “(anak ayam seberat 4.5 ons, menciap-ciap) di sebuah desa di Nias Utara. 

Dari rilisan berita dan video yang beredar terindikasi bahwa penggelembungan harga ayam So Kio-Kio telah merusak nilai-nilai sosial yang melekat pada ayam. Hidangan ayam yang dibanggakan tak lagi nikmat dan mencerminkan kekerabatan.

Di satu sisi, kita patut menghargai saudara-saudara kita yang berjuang menegakkan keadilan pada kasus ayam So Kio-Kio ini. Namun, di lain pihak, kita juga harus berbangga bahwa dalam masyarakat Nias, ayam memiliki simbol unik yakni sebagai symbol perekat kekeluargaan bukan sebaliknya sebagai perusak tatanan kultur.

Oleh  Arifulhaq  Aceh

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline