Pasangan pemain bulutangkis Indonesia Greysia Polii dan Apriyani Rahayu memiliki 'sesuatu'. Ketika mereka berhasil merebut emas di Olimpiade beberapa waktu lalu saya melihat 'sesuatu' itu. Ketika mereka berhasil menang dari pasangan pemain bulutangkis Malaysia dan merebut 1 poin untuk Tim Bulutangkis Indonesia di Sudirman Cup baru-baru ini, saya pun melihat itu lagi.
Apa 'sesuatu' itu? Senyum. Ya, mereka selalu tersenyum saat saling pandang ketika shuttlecock nyangkut di bidang sendiri atau keluar lapangan. Umumnya para pemain akan menyesali atau melontarkan sumpah serapah.
Hebat sih. Kesalahan atau bad luck yang mereka alami tak membuat mereka harus saling menyalahkan. Justru mereka saling lempar senyum dan saling memberi semangat.
Hebat lagi, pasangan ini berbeda usia yang cukup jauh. Bahkan, Greysia sudah menikah dengan usia sudah kepala tiga sedangkan Rahayu baru menginjak usia 20-an awal. Suatu perpaduan yang langka di arena olahraga.
Tersenyum disadari atau tidak memang akan membuat perasaan menjadi lebih nyaman. Ini tak terbantahkan. Karena dari segi medis pun, senyuman terbukti dapat melepaskan zat endorfin serta serotonin dari dalam tubuh.
Kedua zat alami ini bermanfaat untuk mengurangi rasa sakit. Oleh karena itu, senyuman disebut memiliki kekuatan unik sebagai obat anti nyeri.
Bahkan, tersenyum disebut lebih ampuh ketimbang coklat dalam memberikan stimulasi positif di sistem otak manusia sehingga seseorang mudah merasakan kebahagiaan.
Ini bukan sekadar teori. Dalam sebuah penelitian di Amerika serikat yang dikutip oleh website Dental Associate of Florida mengungkapkan bahwa senyum dan kebahagiaan berbanding lurus dari perilaku anak-anak dalam satu hari (24 jam).
Dalam penelitian itu tercatat anak-anak rerata 400 kali per hari tersenyum sedangkan orang dewasa hanya 40-50 kali.
Bahkan mendiang Bunda Theresa pun secara tegas menyatakan dalam sebuah pernyataannya, "Peace begins with a smile!"