Lihat ke Halaman Asli

Ibu, Aku (Masih) Rindu

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Langit yang kemarin sudah tergulung

Masa lalu mulai terkulai

Daun menguning jatuh bersama gravitasi

Aku kian bisa menelan mimpi dan menantang hari

Ibu, engkau adalah hari-hari yang tak pernah mati

Tunggu aku pulang dipangkuanmu, Bu

Rindu-rindu yang terucap di nuranimu....

Ialah kayu bakar pengobar hatiku melaju

Doa-doamu sebelum kupergi

Adalah arti bekal terbaik yang pernah dimiliki sang pengembara

Aku, merindukanmu layakku merindukan firdaus

Sampai nanti, sampaiku mati

Tunggu aku kembali di pekarangan rumahmu, Bu

Berbuah tangan rindu dan berjuta-juta luapan kangen

Mencium tanganmu yang rapuh tergerus umur

Namun, adalah tangan terindah yang pernah Tuhan cipta

Tunggu aku di lautan kasihmu, bu

Menghapus tangismu selama kupergi

Biarkan usiaku bergulir habis

Izinkah aku mencintai semburat petangmu

seperti hangatnya pangkuanmu di pagiku

kini aku berdiri, untuk membawa janji

Di Bekasi

Aku mengerti, aku kembali

Pasti




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline