Lihat ke Halaman Asli

Arif Susanto

Impact Maker Indonesia

Bumiputera: Identitas Kolektif yang Terlupakan

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="www.tribunnews.com"][/caption]

Pada masa perjuangan kemerdekaan, kata Bumiputera digunakan untuk menyebut penduduk asli atau pribumi Indonesia. Bumiputera bersal dari bahasa sansekerta Bhumiputera yang berarti putra bumi. Kata ini kemudian digunakan sebagai identitas kolektif untuk penduduk asli di Nusantara. Kata Bumiputera menjadi identitas perjuangan karena memiliki cita rasa yang lebih terhormat daripada sebutan Pribumi yang disematkan penjajah saat itu. Maka Bumiputera adalah identitas kolektif yang merepresentasikan kesamaan visi, tujuan dan perjuangan: Memerdekaan Indonesia dengan segala cita-citanya.

Kini kata Bumiputera terasa asing di telinga kita, kecuali nama salah satu perusahan asuransi. Sangat jarang cendkiawan atau media massa hari ini menggunakan kata Bumiputera. Seolah ada pesan besar bahwa penduduk asli Bumiputera yang telah berjuang mengorbankan harta, keringat, darah, air mata bahkan nyawa bagi berdirinya Negara Bangsa bernama Indonesia, kini tidak dianggap penting lagi. Bumiputera dilupakan seolah tidak memiliki saham apapun pada berdirinya bangsa ini sehingga penguasa leluasa untuk melayani dan menyenangkan hati Asing dan Aseng yang kini kian mengangkangi negeri ini.

Kata Bumiputera seolah dihapus dari ingatan anak-anak Indonesia agar mereka melupakan bahwa didalam darah mereka mengalir darah pejuang-pejuang yang telah mengorbankan segalanya untuk Kemerdekaan Indonesia. Bahwa mereka  adalah “tumpah darah” Indonesia yang disebut dalam Pembukaan Undang-Undang Dasara Tahun 1945 dimana cita-cita utama bangsa Indonesia adalah melindungi tumpah darah Indonesia.

Maka ketika kata Bumiputera perlahan lenyap dari kesadaran kita putra-putri Indonesia, kita tidak memiliki kebanggan dan dedikasi lagi terhadap Bangsa Indonesia. Kita menjadi tidak peduli ketika Bumiputera sebagai pemilik utama negeri ini, kini dimarginalkan oleh penguasa karena mereka sibuk melayani dan menyenangkan hati majikan Asing dan Aseng mereka sembari mengeksploitasi dan terus merampas hak-hak Bumiputera.

Maka ketika kata Bumiputera sirna dari keseharian kita, kita lupa bahwa kita adalah Bumiputera yang memiliki hak terbesar atas segala yang ada Tanah Air Indonesia sebagaimana konstitusi kita mengaturnya. Dan kitapun lupa memastikan Pemerintah, Penguasa dan seluruh aparatur Negara menunaikan kewajiban tersebut. Kita juga menjadi lupa menuntut hak kita Bumiputera ketika penguasa lebih memperioritaskan melayani majikan Asing dan Aseng mereka. Kita  juga lupa melawan ketika hak kita dirampas oleh Asing dan Aseng yang berkolaborasi dengan Penguasa dan Pengusaha hitam demi kepentingan kapitalistik mereka.

Kesadaran dan identitas kolektif kita sebagai Bumiputera harus segera dikembalikan agar kita sadar dan paham bahwa kita penduduk Aseli Indonesia adalah Bumiputera yang telah memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia dengan darah dan pengorbanan terbaik kita. Kita Bumiputera adalah alasan dan cita-cita utama Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini didirikan. Karenanya kita berhak dan Pemerintah wajib melayani seluruh Bumiputera tanpa terkecuali sebagaimana amanat Konstitusi kita.

Bumiputera juga adalah pihak yang paling berkepentingan dan bertanggung jawab atas kedaulatan, ketahanan dan keutuhan NKRI. Bumiputera yang telah mendirikan Negara ini, maka Bumiputera paling bertanggung jawab memastikan NKRI tetap utuh. Maka kesadaran dasar kita para Bumiputera adalah Nasionalisme, Dedikasi, dan Patriotisme untuk Indonesia Raya yang kita cintai. Saudara kita adalah sesama Bumiputera yang peduli dan membela Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia. Dan Musuh kita adalah siapapun, baik Pribumi ataupun Asing, yang mengganggu Kepentingan Nasional Rakyat dan Bangsa Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline