Lihat ke Halaman Asli

Budaya Uang Lebih, Dari Tip Hingga Gratifikasi

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah naik taksi dan membayar lebih daripada angka di argometer? Atau membayar tagihan makanan di rumah makan, dan memberikan kembaliannya untuk pelayan? Atau memberi uang tip untuk penyambut tamu di hotel?

Memberi tips itu menjadi keseharian yang baik, tetapi akan berbeda pengaruhnya bila yang menerima adalah pejabat publik, pegawai pemerintah, pemegang kekuasaan, termasuk polisi lalu lintas.

Hadiah secara harfiah adalah sesuatu yang diperoleh sebagai hasil perlombaan, kompetisi, momen tertentu seperti ulang tahun/promo/doorprize, maupun undian. Adapun pemberian seperti tips lebih tepat disebut sebagai hibah. Pemberian hibah itu halal, namun akan berbeda apabila pemberi mengharapkan sesuatu sebagai balasan dari penerima, baik sekarang maupun di kemudian hari. Ujung-ujungnya pemberian tersebut dapat dikategorikan sebagai suap.

Suap itu kadang disamarkan pemberinya, penerimanya, maupun cara pemberiannya. Bentuknya pun kadang menghindari transfer bank, agar tidak terendus PPATK. Pada pemberitaan akhir-akhir ini, tren suap kini diberikan dalam bentuk uang tunai rupiah, valuta asing, cek pelawat, pelesir ke luar negeri, mobil mewah, maupun kado pernikahan. Bukan hanya butuh orang ke-3, kadang butuh orang ke-4 hingga orang ke-5 untuk kelancaran sampainya suap dari pemberi ke penerima. Padahal terdapat peringatan keras khusus bagi muslim: "Rasulullah SAW melaknat penyuap, yang menerima suap dan perantaranya".

Suap yang disembunyikan dengan baik biasanya tidak meninggalkan bukti apapun, sekedar daftar penerima, apalagi kuitansi. Anda benci melihat perilaku pejabat tinggi yang menerima suap? Mari kita mulai dengan hal kecil, pada diri sendiri, dan sesegera mungkin. Konsistenlah, dan tebarkan itu kepada keluarga, kerabat dan lingkungan sekitar agar dapat menjadi budaya. Jangan lagi ada suap di antara kita, kepada polisi lalu lintas sekalipun. Tidak menjadi pemberi, tidak menjadi penerima, dan tidak menjadi perantara. Apapun tindakan kita, akan sampai laporannya pada Yang Maha Melihat dan Yang Maha Kaya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline