Bismillah
Sobat Pendidik yang budiman, juga para orang tua. izin sharing kembali. Masih merefer dari paparan Ayah Irwan Rinaldi.
Masa remaja adalah masa yang penuh perubahan. Di fase ini, anak-anak kita tidak hanya tumbuh secara fisik, tetapi juga mengalami perkembangan signifikan dalam hal psikologis dan sosial. Salah satu aspek penting pada perkembangan ini adalah apa yang disebut sebagai "fitrah eksternal"—pergeseran dari fokus pada diri sendiri ke dunia luar, mencari identitas melalui interaksi sosial, dan membangun hubungan dengan orang lain di luar lingkaran keluarga inti.
Ini adalah saat di mana anak anak kita mulai membentuk eksternalitas mereka: mengidentifikasi diri mereka dalam konteks sosial yang lebih luas, mengeksplorasi kelompok pertemanan (clique), atau bahkan komunitas yang lebih besar (crowd). Dulu saat remaja kita juga punya kecenderungan ini , demikian pula anak anak kita yang berinjak remaja..
Pada fase ini, anak anak kita atau remaja pada umumya sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternalnya. Mereka mulai terlibat dalam berbagai aktivitas sosial dan kultural, mencoba mencari peran dan tempat mereka dalam masyarakat. Menurut teori psikososial Erik Erikson, remaja berada dalam tahap "identitas vs kebingungan peran."
Pada tahap ini, mereka mulai mencari tahu siapa diri mereka dan apa yang mereka inginkan dalam hidup, melalui mengeksplorasi eksternal yang sering kali melibatkan eksperimen dengan berbagai peran sosial. Hal ini terlihat jelas dalam bagaimana mereka memilih teman (clique) atau kelompok sosial yang lebih besar (crowd), serta dalam minat mereka terhadap kegiatan seperti magang yang memungkinkan mereka mencoba berbagai peran dalam dunia nyata.
Dalam pandangan Islam, perkembangan eksternal ini adalah fitrah yang harus dipahami dan dibimbing dengan bijaksana. Menurut Imam Al-Ghazali, manusia pada dasarnya memiliki kecenderungan alami untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk mengarahkan interaksi sosial ini ke arah yang positif, memastikan bahwa pergaulan mereka tidak menjauh dari nilai-nilai Islam, senada dengan penelitian M Farid Wadji (2024) di papernya yag berjudul Pendidikan Moral Menurut Imam Al Ghazali dan Emile Durkheim serta Relevansinya terhadap Pendidikan Islam .
Data dari Pew Research Center (orgaisasi nir laba di Amerika) menunjukkan bahwa remaja di seluruh dunia menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman sebaya mereka dibandingkan dengan keluarga. Mereka terlibat dalam aktivitas kelompok, baik secara langsung maupun melalui media digital. Ini berarti bahwa peran eksternal sangat penting dalam membentuk pandangan dan perilaku mereka.
Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua dan pendidik untuk memahami dinamika ini dan menggunakannya sebagai sarana untuk membantu remaja menemukan jati diri mereka dalam konteks yang sehat dan konstruktif.
Salah satu pendekatan yang efektif adalah dengan mendorong remaja untuk terlibat dalam program magang. Program ini memungkinkan mereka untuk mengalami dunia kerja nyata, mengembangkan keterampilan praktis, dan berinteraksi dengan berbagai tipe orang di luar lingkungan sekolah dan rumah.
Sebuah penelitian dari National Bureau of Economic Research (organisasi nirlaba di Amerika) menemukan bahwa magang di usia remaja berkontribusi positif pada pengembangan keterampilan sosial dan profesional, serta meningkatkan peluang karir di masa depan. Magang juga membantu remaja untuk mengidentifikasi minat dan bakat mereka, serta memberi mereka kesempatan untuk mencoba berbagai peran dalam konteks yang aman dan terarah.