Lihat ke Halaman Asli

Arif Prabowo

UIN KH Abdurrahman Wahid, Yayasan Al Ummah, PAUD IT/ TKIT/ SDIT Ulul Albab, SMP/SMA IT Assalaam Boardinng School

Bagaimana Keseimbangan antara Kasih Sayang dan Disiplin dalam Pengasuhan?

Diperbarui: 19 Agustus 2024   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Bismillah,
Dalam mendidik anak, keseimbangan antara kasih sayang dan disiplin adalah kunci penting untuk membentuk pribadi yang matang dan bertanggung jawab. Terlalu banyak kasih sayang tanpa disertai disiplin dapat membuat anak menjadi manja dan sulit menghadapi tantangan hidup. Sebaliknya, disiplin yang terlalu ketat tanpa kasih sayang dapat membuat anak merasa tertekan dan kehilangan rasa percaya diri. Oleh karena itu, orang tua harus bijak dalam menyeimbangkan kedua hal ini.

Kasih sayang adalah pondasi utama dalam hubungan antara orang tua dan anak. Menurut Dr. John Bowlby, seorang ahli psikologi perkembangan yang terkenal dengan teori keterikatan, kasih sayang yang diberikan pada masa-masa awal kehidupan anak akan membentuk ikatan emosional yang kuat antara orang tua dan anak. Ikatan ini sangat penting untuk perkembangan emosional anak, dan akan mempengaruhi bagaimana anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya. Anak-anak yang mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang tua mereka cenderung lebih percaya diri, lebih stabil secara emosional, dan lebih mampu menjalin hubungan sosial yang sehat .

Namun, kasih sayang saja tidak cukup. Anak-anak juga memerlukan disiplin untuk memahami batasan-batasan dan konsekuensi dari setiap tindakan mereka. Disiplin dalam pengasuhan bukan berarti hukuman fisik atau verbal yang keras, tetapi lebih kepada penegakan aturan dengan konsistensi. Menurut American Academy of Pediatrics, disiplin yang efektif adalah yang mengajarkan anak tentang tanggung jawab dan konsekuensi dengan cara yang positif dan membangun, bukan dengan cara yang merusak harga diri anak .

Disiplin yang efektif harus disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak. Pada usia dini, disiplin bisa dilakukan dengan cara yang lembut namun tegas, seperti memberikan pilihan yang terbatas kepada anak agar mereka belajar mengambil keputusan. Misalnya, seorang anak bisa diberi pilihan antara dua mainan saat mereka ingin bermain. Hal ini mengajarkan anak untuk membuat keputusan sendiri sambil tetap berada dalam batasan yang ditentukan oleh orang tua.

Selain itu, orang tua juga harus konsisten dalam menerapkan disiplin. Ketidakkonsistenan dapat membingungkan anak dan membuat mereka tidak memahami aturan yang berlaku. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu menerapkan aturan yang sama dengan cara yang sama. Misalnya, jika seorang anak tidak diizinkan untuk bermain setelah jam tertentu, maka aturan ini harus selalu diterapkan tanpa pengecualian. Konsistensi ini akan membantu anak memahami bahwa aturan dibuat untuk ditaati, bukan untuk dinegosiasikan setiap kali ada keinginan yang berbeda .

Selain konsistensi, disiplin juga harus disertai dengan penjelasan yang jelas. Anak-anak perlu memahami mengapa aturan tertentu dibuat dan apa manfaatnya bagi mereka. Sebuah penelitian oleh University of Minnesota menemukan bahwa anak-anak yang diberi penjelasan tentang alasan di balik aturan cenderung lebih patuh dan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar. Penjelasan ini membantu anak melihat bahwa aturan bukan hanya sekadar pembatasan, tetapi juga sebagai panduan untuk melindungi mereka dan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih baik.

Namun, disiplin tanpa kasih sayang akan kehilangan esensinya. Anak-anak yang didisiplinkan tanpa diberikan kasih sayang dan dukungan emosional sering kali tumbuh menjadi pribadi yang penuh ketakutan atau pemberontakan. Mereka mungkin mematuhi aturan karena takut akan hukuman, bukan karena memahami pentingnya aturan tersebut. Ini bisa menghambat perkembangan kemandirian dan pemikiran kritis pada anak. Oleh karena itu, setiap tindakan disiplin harus selalu disertai dengan kasih sayang dan dukungan. Sebagai contoh, setelah memberikan konsekuensi atas pelanggaran aturan, orang tua perlu berbicara dengan anak tentang bagaimana perasaan mereka dan memberikan dorongan bahwa mereka bisa melakukan yang lebih baik di lain waktu.

Kasih sayang dalam disiplin juga mencakup sikap pemaaf dan empati. Orang tua harus mengakui bahwa anak-anak mereka adalah manusia yang sedang belajar dan bisa membuat kesalahan. Menghadapi kesalahan dengan kasih sayang dan pengertian, bukan dengan kemarahan, akan membantu anak merasa diterima dan dicintai meskipun mereka belum sempurna. Ini juga akan mengajarkan anak bahwa mereka dapat belajar dari kesalahan mereka dan memperbaikinya, alih-alih merasa terpuruk dan gagal.

Di sisi lain, kasih sayang yang berlebihan tanpa disiplin dapat membuat anak menjadi sulit menerima kenyataan bahwa kehidupan memiliki batasan dan aturan yang harus diikuti. Anak yang dibesarkan tanpa disiplin cenderung kesulitan menyesuaikan diri dengan struktur sosial di luar rumah, seperti di sekolah atau tempat kerja di masa depan. Oleh karena itu, menyeimbangkan kasih sayang dan disiplin adalah salah satu keterampilan paling penting yang harus dimiliki oleh setiap orang tua.

Kesimpulannya, keseimbangan antara kasih sayang dan disiplin adalah kunci untuk mendidik anak yang sehat secara emosional dan sosial. Orang tua yang berhasil menyeimbangkan kedua elemen ini akan membantu anak-anak mereka tumbuh menjadi individu yang percaya diri, bertanggung jawab, dan mampu menghadapi tantangan hidup dengan bijaksana. Ini adalah proses yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan keteguhan, tetapi hasilnya akan sangat berarti bagi masa depan anak-anak.
(bersambung , insya Allah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline