Bekerja di rumah, kadang walau semangat tetap mampu dijerang sekali waktu ada juga kalanya jenuh jadi es batu. Bermalas-malas memang nikmat, namun ujung-ujungnya badan kurang sehat. Kurang gerak, tak terasa perut buncit seperti bunting tua.
Apalagi jika tidur pagi, aduhai nikmatnya nikmat sekali. Makanya nenek kta dulu sering wanti-wanti, jangan tidur pagi nanti rejeki keduluan dipatok ayam, kita hanya kebagian sisa.
Salah satu yang paling menggoda tentu saja menjernihkan mata. Memandang yang indah-indah di alam nyata. Jika sebagian kita punya kesukaan menikmat keindahan lewat tayangan atau gambar-gambar panorama alam tentu saja tidak ada salahnya. Lalu membayangkan seolah-olah kita berada di sana.
Namun, jika ingin menikmati keaslian pemandangan buka pintu lalu ke pekarangan. Walau bunga-bunga yang ada cukup sederhana tetap saja jika dinikmati, nikmatnya tiada tara.
Saya jadi teringat pada saat buah pepaya yang ditaman tumbuh dan mulai berbuah. Mulanya saat jalan-jalan lewat di depan pekarangan orang lain, kemudian melihat pepaya berbuah dan menguning hampir matang di pohon.
Aduhai dalam hati berkata, alangkah nikmatnya jika pepaya tersebut dibiarkan beberapa hari dan saat matang sungguhan dipetik dengan hati-hati kemudian dikupas. Dipotong kecil-kecil seperti dadu lantas disimpan dalam kulkas beberapa waktu. Setelah dingin disantap saat tengah hari, dalam cuaca panas. Sungguh membayangkan saja menetes air liur tanpa terasa.
Apa yang terjadi setelahnya?
Saat ada kesempatan mendapatkan bibit pepaya, maka saya tanamlah pepaya sekian banyak. Beberapa bulan kemudian pepaya tumbuh dan berbuah. Bayangan nikmatnya pepaya matang di pohon yang dipotong dan dimasukkan kulkas, maka mulailah saya praktikkan.
Pembaca pasti akan membayangkan betapa nikmatnya saya saat menyantap pepaya tersebut. Apalagi saat tengah hari, pulang mancing dengan rasa haus yang sangat, rasa lapar juga menyengat. Satu mangkok penuh tentu saja akan habis ludes sekali hadap.
Pertama kali memang benar, khayalan sesuai kenyataan. Keinginan lama terpendam lulus setelah sekian lama tertahan. Nikmatnya masih terasa mulai dari kecap pertama hingga potongan terakhir dalam mangkok.
Semakin sering semakin berkurang nikmatnya. Mungkin bukan rasa pepayanya yang tidak segar dan manis lagi, bisa jadi karena lidah sudah terlalu sering. Nenek bilang "gomeg".