Obrolan Di Atas Panggung
Sepanjang hari ini, sekian drama telah mewarnai. Di tengah panggung, bercerita tentang kekasih yang lenyap. Ada yang diputus, memutus, hingga terputus. Para penonton kemudian bersorak. Lalu diskusi jadi berat.
Harusnya mereka tak putus, jika baik-baik saja kenapa mesti putus? Jika putus, pasti tak baik-baik saja.
Beberapa waktu kemudian setelah jeda iklan, berita banjir menyisakan pengalaman. Ada yang mengingat perilaku terlarang, seperti membuang sampah sembarangan. Berniat ingin menghentikan. Juga tentang ngerinya bertemu ular di tumpukan barang.
Tak hanya sampai di situ, seorang ibu paruh baya mengadu pada pamannya. Suaminya selingkuh di depan mata. Minta dibela.
Tuntut punya tuntut, akhirnya terpaksa bercerai. Anak centang perenang. Paman tak sanggup menanggung beban.
Tetangga berseloroh, berani menceraikan harusnya sanggung menjadi tanggungan. Nyatanya lepas tangan.
Dan pasti tentang perasaan. Lantas bibir tipis makin lincah memainkan peran.
Kali ini tak ada iklan, adegan selanjutnya tentang barang yang naik. Cabai naik. gas LPJ naik sampai langka. Terutama di desa-desa.
Lalu celoteh siang hari berubah seru, jika tau begini dahulu makai kayu bakar saja. Kita telah diperdaya. Nyatanya kena tipu juga.