Lihat ke Halaman Asli

Bledhek

____________

"Rabuk Lundu", dari Ikan Tak Berharga Menjadi Luar Biasa!

Diperbarui: 9 Februari 2021   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banjarmasin Post - Tribunnews.com Inovasi Dokter Cantik Tanahlaut, Ikan Lundu Diolah Abon Atasi Gizi ...

"Iwak lundu", orang banjar menyebutnya demikian. Di sepanjang sungai, hampir di semua sungai di Kalimantan Selatan ikan ini ada. Persawahan yang jika air pasang terhubung ke sungai juga banyak ditemukan ikan ini.

Lundu alias keting adalah nama umum bagi sekelompok ikan air tawar yang tergolong ke dalam marga Mystus (suku Bagridae, bangsa Siluriformes).

Banyak nama lokal yang disematkan ke ikan-ikan ini, beberapa di antaranya adalah keting, kating, ndaringan, sengat, senggiringan, ririgi, kelibere dan lain-lain bergantung kepada spesies dan daerahnya.

Yang menarik dari iwak lundu ini adalah stempel yang disematkan masyarakat Kalsel, ikan ini tergolong ikan pemakan kotoran. Mereka sering menjumpai ikan keting ini di bawah jamban (wc di  pinggir sungai). Sebagian besar mereka jijik memakan ikan dalam bentuk olahan biasa.

Baca Juga: Apa Kabar Kuda Sungkai

Jika masih melihat bentuk ikannya rata-rata enggan mengkonsumsinya. Padahal tekstur daging yang begitu kenyal sangat gurih.

Beberapa orang ada yang kreatif dengan mengolahnya menjadi ikan kering. Harga di pasaran lumayan mahal, berkisar antara Rp 25.000-30.000 perkilo. Termasuk sebuah terobosan besar. Walaupun harga itu masih relatif  murah dibanding ikan kering lainnya.

Ikan brek kering saja harganya sampai Rp 50.000-60.000 perkilo. Harga ini sudah kondisi harga pada saat ikan melimpah.

Padahal jika kita amati lebih lanjut, hampir semua ikan kecuali ikan pemangsa memakan makanan yang kotor di alam liarnya.

Perkembangbiakan ikan keting sangat pesat, sementara ekspoitasinya jarang. Hal ini mengakibatkan populasinya berlimpah. Para pemancing pasti akan ngomel jika iwak lindu ini memakan umpan pancingnya. Rata-rata ikan akan di lempar lagi ke air. Jika jengkel, ikan dipukul, setelah mati bari dilempar ke air. Saking tidak berartinya iwak lundu.

Tepatnya di Padangluas, Kurau, Tanah Laut, Kalimantan Selatan seorang dokter memprakarsai sebuah inovasi yaitu mengolah iwak lundu menjadi rabuk (abon).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline