Berita meninggalnya Nenek mereka membuat dua orang saudara datang untuk takziah. Tempat tinggalnya sungguh berbeda dengan kota tempat neneknya berada.
Sesampai di kota ia lihat perempuan muda cantik membawa tas kecil mendekat. Ia pikir orang tersebut akan memberikan undangan walimah perkawinan. Seperti biasa ketika mereka di desa.
Dua orang saudara ini saling berpandangan. Binggung apa yang harus dikatakan. Ini bukan tempat tinggal mereka, begitu pikirnya.
Setelah begitu dekat perempuan itu berkata, "Tolong dibaca, Mas."
Senyum geli dua orang saudara ini meledak. Ia mentertawakan dirinya atau perempuan di haadapannya. Entahlah, yang jelas tawa mereka terdengan hingga belakang rumah.
Sambil merogok saku celana sang kakak mengeluarkan uang lima ribuan. Menyerahkannya, kemudian perempuan itu pun pergi setelah mengucapkan terima kasih.
Demikian juga ketika ada orang lewat sambil teriak, "Tuk untuuuuk!!! Tuk untuuuk!"
Lagi-lagi dua saudara ini cekikikan menyaksikan pemandangan yang melintas dihadapan mereka. "Untuk" adalah jenis kue jajanan pasar yang dijajakan.
Sambil setengah berbisik dengan kakaknya, sang adik berucap, "Di kota semua lucu."
Maka Pakde mereka keluar. Rupa-rupanya sejak kejadian pertama di teras rumah sudah menjadi pusat perhatian Pakde.
Selanjutnya Pakde mendekat dan berkata, "Tadi yang lewat itu orang minta sekedah. Begitulah caranya orang kota. Ada yang hidup dengan minta sedekah. Hanya untuk seribu rupiah ia buang malu. Mengetuk satu pintu ke pintu lainnya.