Jumawanya Semakin Gila
Gemericik diairi
Ia sedang mentartawakan kaki-kaki
Kutu berpesta di sela-sela jari
Di atas kasur menari-nari
Malam dalam dinding jeruji
Dan tak kuasa mengelak lagi
Sebagian mulut mengeluarkan serapah
Sebagian lain bungkam
Dengan dendam
Luka berdarah
Bau mengundang muntah
"Kapan kau pergi," rintihnya dalam tangis kesakitan
Kemudian seorang anak berkata, "Aku telah diajari, caranya begini..."
Sambil ia melemparkan bungkus makanan ringan dari pintu mobil mewahnya melaju di jalan tol
Sambil ia meludahkan sisa makanannya
Entah kemana...
Yang ia tau orang dewasa dilihatnya berlaku sama
Gemericik diairi
Bertamu dan bertamu lagi
Undangan pertama tak berkesan apa-apa
Undangan kedua tak memberikan jera
Dan undangan datang pada setiap kesempatan
Walau selalu terbaca
Kesadaran larut seperti gula dalam kopi basi
Tak bisa dinikmati lagi
Hanya keyakinan sedikit tersisa
"Gula manis rasanya!"
Gemericik diairi tak mengenal gula
Gemericik diairi tak mengenal kopi
Yang ia tahu
Diundang dan datang
Diundang dan datang
Kadang datangnya melupakan belas kasihan
Memukul rata tak bersisa