Ruang Tunggu
Dari bandara yang satu ke bandara lainnya
Aku berada di ruang tunggu yang jemu
Pengumuman keberangkatan datang bertubi-tubi
Sebentar-sebentar aku menoleh ke jendela kaca
Siapa tau melintas sebyum bahagia
Giliranku kapan tiba
Temanku satu persatu telah tinggal landas
Ada yang belum sempat melambaikan tangan
Ada yang belum sempat pamitan
Ada yang sekian banyak pesan dititipkan
Lalu semua menggugah ingatan
Bekalku
Oh iya, bekalku mungkin saja tertinggal
Jangan-jangan ada yang tercecer ketika pemeriksaan di pintu depan
Kacamataku dimana?
Tertinggal mungkin, pikirku
Sejak masuk ruang tunggu aku melihat dengan jelas
Setelah makan, sampah dibiarkan berserakan
Setelah minum, botol minuman tergeletak tak beraturan
Begitukah bekal-bekal habis dan sisanya dibiarkan
Sementara perjalanan masih panjang
Mereka pikir dengan membawa KTP dan tiket perjalanan akan sampai tempat jutuan dengan aman
Tidak kawan!
Sekali lagi tidak!
KTP dan tikat perjalanan hanyalah pintu
Menjemput sebuah kehidupan
Bekal lain begitu banyak yang harus dipersiapkan
Entah, bekalku sudah banyak atau belum
Itulah yang hingga kini aku pikirkan
Sementara ruang tunggu satu peratu berganti orang
TB, 30 Desember 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H