Lihat ke Halaman Asli

Bledhek

____________

Chaos, Bagi yang Yakin Tanpa Ragu

Diperbarui: 26 Desember 2020   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kamar kosong

Chaos, Bagi yang Yakin Tanpa Ragu


Dalam sebuan kamar, ketika penghuninya sedang bersaksi. Dinding beton jadi pembatas, kedap suara. Seisi kamar berbincang di antara mereka.

Tiga kata, "Yakin Tanpa Ragu."

Dinding berkata, "Semakin aku kuat, kalian semua akan semakin terjerat!"

"Aku punya ventelasi," sanggah kursi. "Cahaya matahari akan masuk menerangi."

"Bagaimana mungkin," sahut meja. "Apa gunanya cahaya, padahal kita tak bisa ke mana-mana? Berbagi cerita pun hanya kita yang jadi pendengarnya."

Karpet yang sejak tadi jadi pendengar yang baik, tak tahan tetap jadi pendengar. Ia merasa memiliki pendapat terbaik.

Selanjutnya katanya, "Aku yang tiap saat kalian injak. Sedikit pun tak pernah merasa tersakiti. Pun begitu rasa terima kasih juga tak pernah keluar dari mulut-mulutmu."

"Apa peduli kami!? Tugasmu memang menghamparkan diri. Menjadi alas buat kami. Tak ada alasan terima kasih dan memuji." Serempak meja dan kursi menimpali.

Beberapa saat mereka diam. Ketiganya merenungi percakapan yang telah terjadi. Kursi memiliki sedikit motivasi. Tidak seperti meja yang mulai putus asa. Dan karpet ingin apa yang telah dilakukannya mendapat penghargaan. Tak berguna sama sekali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline