Lihat ke Halaman Asli

Terimakasih

Diperbarui: 8 Desember 2022   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

TERIMAKASIH

Dalam setiap aktifitas di madrasah, baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas saya sebaga guru selalu membiasakan ke anak untuk selalu mengucapkan kalimat tersebut. Khususnya ketika kita sudah di bantu, siswa sudah menjawab pertanyaan yang kita ajukan, sudah mengerjakan tugas yang sudah kita berikan dan kegiatan rutin yang terkait dengan silaturahmi antara sesama manusia. 

TERIMAKASIH adalah kalimat yang kelihatannya simple/ bahkan mungkin ada yang sudah menganggap sepele  tetapi kalau kita jadikan sebuah kebiasaan dan dilakukan dengan iklas akan bermakna sangat dalam bagi kehidupan ini. Memang kalimat " terimakasih" tidak ada kaitannya secara langsung dengan tugas yang di amanahkan kepada saya sebagai guru, lebih- lebih sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). 

Pkn yang kata orang dianggap sebagai ujung tombak karakter/ budi pekerti yang mulai luntur dalam pergaulan hidup peserta didik. Awalnya siswa merasa ini sesuatu yang remeh temeh karena manfaatnya tidak bisa langsung dirasakan. Bahkan suatu hari salah seorang siswa saya yang bernama Riyan menanyakan. Pak Arif selalu meminta kami untuk mengucapkan terimakasih itu maksudnya apa kan ga ada hubungannya dengan pelajaran, itukan kalimat yang sudah sangat biasa ada dalam kehidupan sehari- hari kita. 

Dengan sabar saya jelaskan bahwa kalimat tersebut tidak hanya sekedar sebuah kalimat, tapi kalau kita bisa menerapkan dalam kehidupan sehari- hari akan berdampak sangat besar. Seseorang tidak hanya dinilai dari ilmu yang di miliki/ kecerdasannya tetapi karakter/ adab itu lebih dianggap sesuatu yang lebih apabila bisa kita terapkan dalam kehidupan kita.

Seiring berjalannya waktu, setelah 6 tahun berlalu di suatu siang siswa yang bernama Riyan ( yang saya ceritakan di awal tadi) menghubungi saya lewat aplikasi media sosial WA. Setelah nanya kabar, kegiatan apa yg dilakukan sekarang sampailah dia cerita tentang kebiasaan yang selalu saya biasakan untuk mengucapkan kalimat terimakasih. 

Riyan yang dulu siswa saya yang termasuk kategori siswa yang kritis, sekaran sudah menjadi seorang pengusaha babershoap ( pangkas rambut) yang sudah mempunyai 6 cabang. Dia cerita Alhamdulillah berkat kebiasaan yang selalu bapak tekannya untuk mengucapkan terimakasih usaha saya bisa maju seperti sekarang ini. Iseng saya nanya kr Riyan apa hubungannya kalimat terimakasih dengan usahanya menjadi maju. Dia bilang sekarang baru saya bener bisa rasakan bahwa kalimat yang dulu saya anggap sepele ternyata bermakna sangat besar. Kalimat tersebut membawa kedekatan saya dengan pelanggan ketika saya mulai membuka usaha. 

Mereka bilang saya seperti dianggap bagian dari keluarga, merasa akrab. Didukung pula dengan profesionalitas akhirnya usaha saya berkembang seperti sekarang. Dia juga menanamkan kalimat terimakasih terhadap semua karyawan dan orang- orang yang terlibat dalam kegiatan usahanya.

 Di akhir cerita di mengucapkan terimaksih terhadap adab yang sudah pernah di ajarkan. Saya sebagai orang yang pernah menjadi guru ketika dia sekolah di madrasah dulu selalu mendo'akan untuk anak didik semoga selalu diberikan kemudahan dan kelancara dalam usaha serta menyambut rizki dari Allah yang barokah. Terimakasih      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline