Sabtu, siang, 17 Desember 2011, sekretariat Faisal-Biem yang berlokasi di Tebet nampak ramai. Hal ini karena, siang itu digelar konsolidasi aktivis gerakan Jakarta. Yang hadir adalah mereka yang mewakili organ-organ gerakan yang ada di Jakarta. Mereka membicarakan mengenai bagaimana cara mengkonversi gerakan sosial menjadi gerakan politik sehingga bisa menghadirkan kenyamanan dan kesejahteraan warga Jakarta lebih maksimal.
Azman, bertindak sebagai moderator memandu acara tersebut. Faisal Basri dalam pemaparanya, mengucapkan selamat datang serta ucapan terimakasih atas kehadiran para peserta. Ia juga menceritakan bagaimana dinamika pengumpulan dukungan KTP sebagai syarat maju gubernur dari jalur independen. Tantangan dan musuh yang di hadapi, kata Faisal, memang tidak bisa dianggap remeh-temeh, karena mereka memiliki sumber daya politik yang memadai. Hanya saja, kita tak boleh gentar dan surut dalam melangkah. ''Justru setelah gentar dari situlah muncul semangat melawan kekuatan oligarki ekonomi politik yang dibelakangnya berjejer para bandar,'' tuturnya.
Faisal juga menjelaskan mengenai Pemilukada DKI Jakarta sebagai momentum yang langka. Momentum demokrasi ini, terangnya, harus digunakan sebagai medium mengaktualisasikan gagasan agar demokrasi dapat bergerak pada keseimbangan, selain agar sehat dan pada giliranya, melahirkan peradaban baru. Itu sebabnya, kata Faisal, kita musti merajut modal sosial sehingga dapat dikapitalisasi menjadi kekuatan politik yang menggerakan perubahan.
Mengenai mekanisme pengumpulan dukungan KTP, terang Faisal, tanpa jaringan mustahil KTP terkumpul, sebab, yang ditawarkan gagasan, bukan sembako atau bagi-bagi uang. Salah satu peserta mengajukan pertanyaan, tentang mekanisme kerja pengumpulan dukungan KTP. Faisal menimpali, bahwa teamnya bekerja lebih sistematis ketimbang team lain, sebab menempuh dua cara sekaligus. Pertama, dengan membangun pos komunikasi di setiap kelurahan, dan yang kedua dengan relawan jemput bola.
Anwar dari divisi jaringan kemudian menambahkan mengenai dinamika yang terjadi di lapangan. Menurutnya, dilapangan bakal calon independen, kebanyakan hanya claim teritorial saja. Masyarakat, lanjut Anwar, juga banyak tertipu oleh team sukses yang menjanjikan sembako atau uang. Masyarakat itu, justru malah kemudian memberikan dukungan pada kita.
Sembari menikmati suguhan kacang dan pisang rebus, diskusi ini terus berlangsung. Aneka ide dan solusi terlontar dari para peserta. Mereka optimis, bahwa meretas jalan baru melewati momentum Pemilukada merupakan jembatan emas untuk mewujudkan Jakarta lebih manusiawi.(Arif Nurul Imam)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H