Lihat ke Halaman Asli

Arif Nasiruddin

Buruh ketik kantor pemerintah

Jalanan dan Tragedy Of The Commons

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Naik motor di Jalanan di Kota jogja , apalagi di siang hari tampaknya bukan lagi hal yang menyenangkan seperti dahulu, walaupun mungkin masih lebih nyaman dari pada naik motor di Jalanan di Kota Jakarta atau di Semarang tetapi ruwetnya pengguna jalan, padatnya pengguna motor dan mobil di jalan yang umumnya masih sempit menjadi stressor tersendiri bagi para pengguna jalan.

Dari pengamatan saya akhir-akhir ini keruwetan ini juga dibarengi dengan semakin seringnya terjadi insiden kecelakaan yang melibatkan para pengguna jalan. Dalam waktu satu minggu yang lalu hampir tiap hari ada saja insiden yang saya temui di jalan, baik yang skala ringan maupun yang berat. Ada beberapa factor yang menurut analisis saya memicu terjadinya keruwetan ini:

Pertama kendaraan bermotor di jogja yang meningkat. Mahasiswa yang dahulu banyak yang memanfaatkan kendaran umum kini lebih banyak yang memakai motor dan mobil. Lihat saja di jalan kaliurang disaat-saat pulang kuliah, mobil penuh memadati jalan sempit itu dengan diselingi pengendara motor yang saling selip. Apalagi jalan kalurang adalah jalan utama yang banyak dilalui para penghuni kawasan Jogja Utara yang kini semakin banyak dihuni orang-orang dengan penghasilan tinggi yang rata-rata turun ke kota dengan menggunakan mobil pribadi, di sisi lain untuk memperlebar ruas jalan di Jogjakarta sekarang ini sangat sulit dilakukan.

Kedua cuaca yang tidak menentu kadang muncul mendung tiba-tiba dan gerimis menjadikan konsentrasi pengguna jalan menjadi kabur, ketakutan akan basah oleh hujan banyak mendorong penghuni jalan untuk memacu kendarannya dengan lebih cepat yang kadang berdampak pada kecerobohannya ketika mengendara.

Saya berpikir kalau jalanan dianggap sebagai resource yang terbatas dan semua penghuni akhirnya membutuhkannya untuk akses mobilisasi dirinya, maka yang terjadi adalah apa yang digambarkan oleh hardin sebagai tragedy of the commons, dimana jalanan sebagai resource yang terbatas sedangkan masing-masing merasa berhak untuk menggunakan resource itu dengan semaksimal mungkin. Masing-masing orang mungkin berpikir bahwa menambah satu kendaraan bagi dirinya atau anaknya akan mempermudah dirinya dan berpikir dengan menambah satu kendaraan tidak akan menjadikan jalanan menjadi tambah ruwet. Namun kalau seribu orang pengguna jalan berpikir yang sama maka yang akan terjadi adalah keruwetan akibat jalan yang terbatas tak mampu lagi menampung penambahan kendaraan yang melaluinya.  Ini yang digambarkan oleh Hardin sebagai sebuah tragedi dimana kematian/kerugian semua penghuni terjadi akibat resource jalan tak lagi mencukupi kebutuhan semua penghuni.

Namun menjadi sebuah dilema memang ketika banyak orang menyarankan untuk mengatasinya dengan mengurangi penambahan kendaraan pribadi dan menambah moda transportasi umum namun di sisi lain moda transportasi yang ditawarkan tak dapat memenuhi harapan para pengguna jalan. Di jalan kaliurang Yogyakarta misalnya yang terasa crowdednya para penglaju dari daerah atas tampaknya enggan menggunakan transportasi umum karena disamping waktub tempuh yang lama juga jalurnya yang mutar-mutar menjadikan orang tidak sabar.

Yang perlu diakui bersama adalah buda menggunakan alat transportasi umum memang rendah. Anak-anak SMP dan SMA banyak kemudian menggunakan motor dari pada menggunakan alat transportasi umum.

Langkah-langkah pemerintah dengan mendorong munculnya transjogja misalnya sebenarnya langkah bagus sebagai pemecahan dari masalah ini, walaupun belum dapat memecahkan permasalahan ini.  Dan diawal kemunculannya transjogja cukup diminati dan menjanjikan karena fasilitasnya yang bagus dan nyaman. Namun sejauh pengamatan saya kini fasilitas itu perawatannya kelihatan kurang. Banyak bis transjogja kini yang kondisi luarnya mengenaskan, asapnya tak kalah buruk dengan bis-bis umum lainnya dan catnya sudah pudar-pudar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline