Pertandingan terakhir babak 16 besar grup A liga 2 meninggalkan duka mendalam bagi pendukung PSS Sleman, "Slemanans". Kemenangan 2-1 atas Persis Solo di Stadion Maguwoharjo tidak cukup mampu membawa Tim Kebanggaan, PSS Sleman melaju ke babak 8 besar liga 2. PSS Sleman kalah bersaing dengan PSPS Riau yang dilaga lain menang 4-0 atas Cilegon United.
Tangis kesedihan "Slemanfans" pun pecah di sadion berkapasitas 40.000 tempat duduk tersebut. Kesedihan dan kekecewaan yang amat dalam akibat kenyataan yang masih jauh dari harapan. Akibat pengorbanan besar yang ternyata belum cukup mampu untuk merealisasikan impian.
Kesedihan dan kekecewaan yang juga disikapi dengan kedewasaan. Kesedihan dan kekecewaan yang diterima dengan kelapangan hati yang luar biasa besar. Ksatria!
Emosi kesedihan yang tidak diekspresikan dengan kemarahan dan pengrusakan. Kekecewaan kelompok masa yang sama sekali tidak melahirkan kebringasan. Kesedihan dan kekecewaan yang begitu kondusif, yang bagi masing-masing "anggota slemanfans" dan "slemanfans" seluruhnya masih bisa saling menahan diri. Dan hasilnya, tidak ada bentrokan, tak ada pengrusakan, dan tak ada kerusakan.
Menjaga komitmen
Tagar (#)penakseduluran (lebih enak bersaudara) direalisasikan lebih dari sekedar di dunia maya. Upaya persaudaraan kembali antara Pasoepati dengan "Slemanfans" (BCS dan Slemania) yang mulai terlihat hasilnya. Ratusan atau mungkin ribuan Pasoepati dapat dengan aman menyaksikan Tim Kebanggaan. Dapat dengan aman kembali pulang. Dan satu yang tidak kalah menggembirakan, mereka diberi kesempatan untuk menyanyikan anthem Persis Solo di penghujung pertandingan.
Sekali lagi, butuh kedewasaan yang sangat luar biasa bagi mayoritas untuk bisa berdampingan secara damai dengan minoritas. Kelas!
Tetap Memberi Dukungan
Di akhir pertandingan, anthem "Sampai Kau Bisa" dinyanyikan dengan lantang walaupun mungkin dengan masih adanya kesedihan. Tidak ada protes dengan malakukan boikot anthem seperti ketika dikalahkan PSCS Cilacap dan PSPS Riau. Slemanfans tahu kalau mereka telah banyak melakukan pengorbanan. Tetapi mereka juga memahami bahwa pemain telah menunjukkan dan membuktikan perjuangan. Mereka semua paham bahwa protes apalagi menghujat tidak akan merubah yang telah terjadi. Evaluasi dilakukan, dan dukungan pun mengalir diberikan.
Tidak sempurna memang, tetapi kedewasaan yang diitunjukkan dan dibuktikan, layak untuk dijadikan teladan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H