Lihat ke Halaman Asli

Niat sebagai Barometer Ibadah

Diperbarui: 1 April 2016   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


 إذا كان آ خر الزمان خرج الناس إلى الحج أربعة أصناف: سلاطينهم للنزهة, وأغنياؤهم للتجارة, وفقراؤهم للمسألة, وقراؤهم للسمعة.

Artinya: Pada akhir zaman orang akan keluar haji dalam empat golongan, pemimpin-pemimpin mereka keluar untuk berwisata ( jalan-jalan ), orang-orang kaya mereka keluar untuk berniga, orang-orang faqir mereka keluar untuk meminta-minta, dan Qurro’ mereka untuk ketenaran.

Dalam hadits ini terkandung suatu ibroh dan gambaran bagaimana pada akhir zaman akan ada orang yang berhaji tetapi tidak mendapatkan apa yang menjadi target dari haji itu sendiri, apalagi notabene amal ini adalah ibadah dengan nilai besar dihadapan Allah sehingga bisa menghapus dosa-dosa yang besar dan kecil.

Diriwayatkan bahwa syaitan yang merasa lebih mulia dari Nabi Adam pun pada hari itu kelihatan kecil, terkucilkan, terhina, dan merasa sangat jengkel, semua itu disebabkan karena dia melihat betapa banyak Allah menurunkan rahmatnya bagi hambaNya yang berhaji ke baitullah.Hal ini bersandar pada hadits Nabi yang mengatakan bahwa setiap hari akan turun di Baitullah itu 120 rahmat : 60 diantaranya diperuntukkan bagi orang yang thowaf, 40 rahmat bagi orang-orang yang sholat disekitar Ka’bah, sedangkan 20 sisanya diberikan bagi yang melihatnya.

Dewasa ini sudah bisa dilihat dan dibuktikan akan kebenaran sabda Nabi yang mulia, tidaklah beliau mengabarkan suatu berita melainkan hal itu semata-mata wahyu dari Allah swt,sebagaimana yang tertera dalam Al-qur’an :

وما ينطق عن الهوى إن هوإلاوحي يوحى ( النجم :4 )

Artinya : Dan tidaklah dia ( Rasulullah ) itu berucap dari hawa nafsunya, melainkan dari wahyu yang diwahyukan ( kepadanya )

Ungkapan-ungkapan Nabi di samping indah juga bermakna sangat dalam dan luas baik yang tersirat maupun yang tersurat sehingga beliau diberi gelar ”jawaami’u al-kaliim” yaitu orang yang memiliki ucapan yang ringkas tapi bermakna luas dan mencakup.

Di sini akan dibahas mengapa beliau menggambarkan pentingnya kemurnian niat dengan bentuk ibadah haji?. Hal itu dikarenakan ibadah ini merupakan simbol dari ketaatan seorang hamba untuk mengerahkan segenap daya upaya baik dari segi riil ,ataupun materil disetiap rukun-rukun yang terdapat didalamnya.

Sedangkan alasan bahwa hanya empat golongan ini saja yang dijadikan perumpamaan adalah karena keempatnya telah mewakili berbagai strata sosial yang mereka merupakan pelaku-pelaku dalam tatanan masyarakat, empat golongan itu adalah:
 Pemimpin ( golongan atasan )
 Banyak dari mereka melaksanakan ibadah haji hanya dengan niat wisata, dengan anggapan bahwa hal itu bisa meringankan beban mereka dari rutinitas sehari-hari.

orang-orang kaya (golongan atas)
 Dalam haji tujuan utama mereka adalah berdagang, itu disebabkan adanya peluang-peluang bisnis yang terbuka lebar dan menguntungkan di sektor komoditi dan perniagaan dengan momen musim haji. Agama islam tidaklah melarang adanya transaksi jual- beli atau perdagangan dalam manasik haji, selama hal tersebut tidak menyebabkan pelakunya lalai dan memalingkan perhatiannya dari menunaikan rukun-rukun serta kewajiban haji lainnya dengan sebenar-benarnya untuk sibuk mengurusi barang dagangannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline