Lihat ke Halaman Asli

Manusia dan Rasa Lapar terhadap Pikiran

Diperbarui: 1 Agustus 2021   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi

Satu agustus adalah hari kelahiran ku, hari dimana aku mulai ditulis oleh kandungan ibu ku, sebuah kandungan oleh orang-orang yang bingung terhadap banyaknya kelaparan yang berkeliaran disepanjang jalan.

Jika ada satu kota yang paling suram, maka kota itu akan ku namai kota dua ribu dua puluh satu, dimana kota ini akan menjadi sangat kumuh sekali bagi orang-orang yang datang atau menetap disini, bagaimana tidak, sejak dua ribu sembilan belas adalah bencana yang lahir dari kekalahan seorang penguasa terhadap situasi yang tidak di ketahuinya. Tapi akan ku katakan bahwa pengetahuan seorang penguasa adalah tentang masa yang akan datang, seorang penguasa harus hidup didalam waktu yang belum hadir, dimana orang-orang belum menempati banyak peristiwa, dan dia harus berada disana untuk memastikan bahwa tempat itu akan menjadi pemukiman.

Namun sayang sekali, penguasa tak memilikinya dan hari ini semua fikiran harus menguras segala kemungkinan untuk mencegah kematian dengan menaruhkan kelaparan sebagai pengganjalnya. Tentu itu tidak mudah, orang-orang akan marah dan berteriak, sementara di sudut yang lain orang-orang dengan persedian yang berlebih terhadap pengisi perut mereka juga memekikkan, taati peraturan.

Lagi-lagi, kota ini begitu ribut terhadap satu peristiwa dari manusia manusia yang mengambil haknya kepada sebuah istana yang mereka percayai dulu untuk memenuhi dan menjamin kesejahteraan mereka. Penguasa bingung dan linglung, akhirnya waktu terus berjalan dan kita akan menyaksikan dipersimpangan jalan orang-orang terbaring dan membawa tulisan, kami mati oleh virus yang dinamakan kelaparan.
Anda mungkin bisa menahan rasa lapar, namun kelaparan dan lapar adalah potensi yang berbeda.

Apayang paling kita anggap penting adalah sebuah keinginan terhadap kesedian kita memberikan kecukupan gizi kepada isi kepala kita, ya pengetahuan.
Negara tidak akan benar benar-benar mati terbunuh situasi, apabila dia tidak kelaparan oleh fikiran. Lapar nya rakyat disebab kan Kelaparan fikiran oleh sang penguasa, yang tak sanggu namun memaksa berkuasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline