Lihat ke Halaman Asli

UU Pilkada dan Umat Islam

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hiruk pikuk RUU pilkada mungkin masih saja terjadi. Tapi saya ingin memotret satu sudut pandang lain, diluar hiruk pikuk RUU yang baru saja disahkan jadi UU ini. Mudah-mudahan kita bisa mengambil pembelajaran darinya.

Beberapa hari lalu, kita menyaksikan euforia kemenangan salah satu pasangan capres cawapres dan partai-partai pendukungnya setelah gugatan pilpres tidak diterima oleh MK.

Dalam salah satu momentum, ibu Megawati berdiri dengan gagahnya dalam suatu silaturahim partai-partai tersebut dan berorasi dengan konten kurang lebih seperti ini:

"Ketahuilah bahwa ini adalah partai yang telah menjadi oposisi selama 10 tahun, dan kini kita menjadi partai pemerintah"

Menurut saya (dengan seluruh kerendahan hati dan sedikitnya ilmu), inilah "kesalahan" ibu megawati dalam menjalankan praktik politiknya, pengalaman dan kehebatan politiknya selama puluhan tahun, justru nampak menganga kelemahannya dalam kalimat di atas.

Terlalu lama "menjomblo" memang sepertinya tidak baik juga....
waktu oposisi sendirian, sekarang berkuasanya juga ingin sendirian...

Itulah pembelajaran demokrasi...
jangan pernah punya niat untuk menciptakan musuh yang abadi disini...
karena engkau akan kesepian selamanya...

Dan jika sudah menang....
jangan pula pernah berpikir dan berusaha untuk berkuasa sendirian...
ini negeri besar, kita hidup dengan banyak jenis manusia di sini

Wahai muslim, belajarlah untuk menjadi representase dari manusia indonesia seluruhnya....sebelum kalian benar-benar memimpin....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline