Hujan masih menggelayut di langit Jogja. Di antara kepungan hujan, siang hingga menjelang sore hari itu saya masih tertahan di Jl. Sultan Agung No. 24. Di sinilah Sultan Agung Cuisines berada, lokasi yang relatif strategis di antara berbagai landmark Kota Jogja; Kraton Ngayogyakarta, Malioboro, Pura Pakualaman, dan Museum Panglima Besar Jendral Soedirman.
Sultan Agung Cuisines adalah sebuah resto dan cafe yang baru beberapa bulan dibuka. Bangunannya adalah jenis bangunan tua yang kental dengan aura masa kolonial. Maria Hermawan, pemilik Sultan Agung Cuisines menuturkan bahwa dulunya bangunan ini ditinggali oleh seorang dokter. Berikutnya, kepemilikan berpindah tangan beberapa kali dan pernah digunakan sebagai tempat kursus, showroom kendaraan bermotor, hingga akhirnya jatuh ke tangannya.
Kini setelah menjadi resto dan cafe, beberapa bangunan ditambahkan di bagian belakang. Sehingga tampang kolonial hanya di bagian depan saja, karena saat memasuki resto dan cafe yang buka setiap pukul 10.00-22.00 WIB ini, tampak sekali bangunan resto dan cafe mampu menampung hingga 250-an orang di dua lantai yang tersedia. Dengan kapasitas tersebut, Sultan Agung Cuisines sangat cocok untuk acara kumpul-kumpul, arisan, maupun pertemuan lainnya. Selain itu, disediakan 3 buah ruangan VIP yang masing-masing bisa digunakan untuk maksimal 10 orang. Kalaupun mau lebih, ketiga ruang tersebut bisa dihubungkan karena hanya terpisah dengan partisi.
Interior Sultan Agung Cuisines terlihat sangat rapi dalam penataannya. Menariknya jika di bagian bawah seakan sudah di-setting untuk acara-acara keluarga/melibatkan orang tua, di lantai dua konsep cafe untuk anak muda sangat terasa. Di lantai dua ini lampu-lampu terjulur dengan kap di bawahnya. Penataan yang menekankan nuansa cafe menjadi dominan karena di bagian samping dibiarkan terbuka. Baik di lantai atas maupun bawah, meubeleur kayu menjadi aksen utama. "Meja-meja di sini adalah hasil recycle kayu-kayu saat kita merenovasi bangunan ini. Daripada tidak terpakai, kita tata dan bentuk menjadi meja", ujar Maria.
Sebagai resto dan cafe baru, Sultan Agung Cuisines menyediakan tiga jenis kuliner yang istimewa: Indonesian, western, dan chinese food. Nasi bakar dan nasi goreng menjadi menu andalan pada kelompok Indonesian food. Selain itu, berbagai menu khas Indonesia bisa kita nikmati di sini seperti nasi langgi, nasi rames, nasi merah, gurami saos padang, gurami acar kuning, terong balado, aneka sup, dan beberapa menu khas lainnya.
Kemudian sebagai menu spesial chinese food kita bisa menikmati mie kakap goreng, capcay goreng/kuah, jamur crispy, brokoli ca ayam/sapi, berbagai menu kailan, dan beberapa olahan udang/sea food lainnya. Uniknya, berbagai menu yang disajikan di Sultan Agung Cuisines tersebut semuanya tanpa ada kandungan babi dan sama sekali tidak menggunakan MSG (monosodium glutamate).
Meskipun menempati bangunan lawas, Sultan Agung Cuisine mampu mengimbangi dengan memberi sentuhan modern pada berbagai hidangan makanan dan minuman yang disajikan. Berbagai sajian minuman seperti fruit punch, lychee mojito, mango blast, mix fantasy, passion frizz, sunset blue, sunset blue, banana smoothies, strawberry yoghurt, bermacam menu kopi, milkshake, juice, es teler, es campur dan minuman menyegarkan lainnya bisa kita pilih sesuai dengan selera.
Sementara sebagai hidangan penutup, berbagai pilihan dessert mulai dari arrjenof cake, chocolate raisin cake, cheese cake, bread pudding, panna cota, napoleon pastry, hingga buah potong adalah menu-menu yang bisa menutup lidah kita dengan rasa legitnya. Dessert inilah yang membuat durasi 3 jam saat berkunjung ke Sultan Agung Cuisines menjadi tidak terasa. Jika awalnya saya tertahan hujan yang mengepung Jogja, maka kali ini saya tertahan di Sultan Agung Cuisines karena berbagai hidangan istimewanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H