[caption id="attachment_315953" align="aligncenter" width="576" caption="Candi Plaosan; Salah satu roman terindah sepanjang sejarah (dok.pribadi)"][/caption]
Aku untuk kamu, kamu untuk aku
Namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda
Tuhan memang satu, kita yang tak sama
Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi
Lagu berjudul Peri Cintaku yang dinyanyikan oleh Marcel di atas terngiang saat menjelajahi Candi Plaosan di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Lagu melankolis tersebut mengisahkan tentang cinta sepasang manusia yang berbeda agama, hal yang sama yang dijumpai di Candi Plaosan.
Seorang ahli bernama De Casparis mendukung pendapat bahwa Candi Plaosan diperkirakan dibangun pada masa Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Hindu berkuasa, yaitu pada awal abad ke-9 M. Pendapat De Casparis didasarkan pada isi Prasasti Cri Kahulunan (842 M) yang menyatakan bahwa Candi Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan dengan dukungan suaminya. Menurut De Casparis, Sri Kahulunan adalah gelar Pramodyawardani, putri Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra. Pramodyawardani yang memeluk agama Buddha, menikah dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya, yang memeluk agama Hindu.
Penguat lainnya adalah ketika pada Oktober 2003 di dekat candi perwara di kompleks Candi Plaosan Kidul ditemukan sebuah prasasti yang diperkirakan berasal dari abad ke-9 M. Prasasti yang terbuat dari lempengan emas berukuran 18,5 X 2,2 cm tersebut berisi tulisan dalam bahasa Sansekerta yang ditulis menggunakan huruf jawa kuno. Isi prasasti masih belum diketahui, namun menurut Tjahjono Prasodjo, epigraf yang ditugasi membacanya, prasasti tersebut menguatkan dugaan bahwa Candi Plaosan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan.
Jika ditarik kesimpulan dini dari dua pendapat tersebut, Candi Plaosan mungkin menjadi salah satu bangunan super-romantis karena dibangun sebagai perwujudan kekuatan cinta. Cinta universal yang melampaui sekat-sekat perbedaan, bahkan perbedaan yang mendasar dan sangat ideologis; agama.
Candi Plaosan berada sekitar 2,6 km dari Candi Prambanan dan 1,5 km ke arah timur laut dari Candi Sewu. Bisa ditempuh selama kurang lebih 5 sampai 10 menit menggunakan kendaraan bermotor.
[caption id="attachment_315938" align="aligncenter" width="639" caption="Petunjuk arah menuju Candi Plaosan dari Candi Prambanan dan Candi Sewu (google maps)"]
[/caption]
Jika kita datang dari arah Candi Prambanan (selatan) akan terlihat pemandangan menyejukkan, karena Candi Plaosan seolah menyembul di antara area persawahan masyarakat. Kebetulan saat saya berkunjung beberapa waktu yang lalu, ada beberapa orang yang sedang beraktivitas di area persawahan tersebut, membuat suasana candi semakin klasik dan natural.
Candi Plaosan terdiri dari Plaosan Lor dan Plaosan Kidul. Keduanya hanya dipisahkan jalan raya kecil dengan jarak antara Plaosan Lord an Kidul hanya sekitar 20 meter. Candi Plaosan Lor merupakan sebuah kompleks percandian yang luas. Candi ini menghadap ke barat, dan bagian depannya terdapat dua pasang arca Dwarapala yang saling berhadapan, di pintu masuk utara dan sepasang di pintu masuk selatan.
[caption id="attachment_315948" align="aligncenter" width="640" caption="Aktivitas masyarakat di area persawahan di depan Candi Plaosan Lor (dok. pri)"]
[/caption]
[caption id="attachment_315941" align="aligncenter" width="640" caption="Sepasang arca Dwarapala di bagian depan Candi Plaosan Lor (dok. pribadi)"]
[/caption]
Bangunan utama di Candi Plaosan Lor adalah dua candi induk (karenanya Candi Plaosan Lor sering dijuluki sebagai candi kembar) dengan bentuk bangunan bertingkat. Saya kagum melihat arsitektur sepasang candi induk tersebut, karena secara langsung menunjukkan bahwa pada abad 9 M ternyata model bangunan bertingkat dengan pembagian ruang tertentu sudah dikenal di Plaosan, dekat Prambanan, masih Indonesia!
Dari pahatan relief antara dua candi induk, kita bisa menyaksikan bagaimana perasaan cinta diinterpretasikan. Relief pada dinding candi induk sebelah selatan menggambarkan laki-laki, konon sebagai bentuk kekaguman Pramodyawardani terhadap Rakai Pikatan. Sedangkan relief pada candi yang di utara menggambarkan perempuan, yang diduga untuk meluapkan kekaguman Rakai Pikatan terhadap Pramodyawardani. Pertanyaannya, mampukah manusia di jaman sekarang membuat hal yang sebanding dengan mereka berdua dalam meluapkan cinta? Terlebih dalam menandingi kehalusan dan kedetailan seperti pada pahatan relief yang terdapat di Candi Plaosan yang mirip dengan yang terdapat di Candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Sari.
Yang menarik, kedua bangunan utama Candi Plaosan Lor dikelilingi oleh candi perwara yang semula berjumlah 174, terdiri atas 58 candi kecil dan 116 bangunan berbentuk stupa. Hal tersebut membuat Candi Plaosan Lor seolah menjadi kombinasi antara unsur hindu (bangunan candi yang ramping dan dikelilingi candi perwara) dan unsur buddha (ditandai dengan stupa).
[caption id="attachment_315935" align="aligncenter" width="640" caption="Sepasang candi induk terlihat dari selatan (dok. pribadi)"]
[/caption]
[caption id="attachment_315954" align="aligncenter" width="630" caption="Stupa, candi perwara, dan candi utama di Candi Plaosan (dok. pribadi)"]
[/caption]