Lihat ke Halaman Asli

Arif L Hakim

TERVERIFIKASI

digital media dan manusia

Mencicipi Manisnya Durian Candimulyo

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14250121761713948629

[caption id="attachment_353174" align="aligncenter" width="620" caption="Pembeli sedang memilih dan menawar durian di Candimulyo (dok. pribadi)"][/caption]


Beruntunglah saya dan mungkin anda yang hidup di Indonesia. Sebagai negara tropis, negara kita dilimpahi sinar matahari dan tetes hujan yang berkontribusi pada perubahan musim, tak terkecuali urusan musim buah-buahan.

Di negara tropis seperti Indonesia, bulan-bulan ini (Januari-Maret) adalah waktunya buah durian hadir di nusantara. Curah hujan yang mulai tak beraturan justru membuat rasa si raja buah semakin memikat.

Keterpikatan saya dengan harumnya buah yang dalam bahasa latin disebutdurio zibethinus murr inilah yang membuat saya segera bergegas saat seorang teman mengajak ke Kecamatan Candimulyo, Magelang. Kecamatan Candimulyo sudah dikenal sebagai daerah penghasil durian sejak beberapa tahun ini. Selain Kulonprogo, Gunungkidul, Klaten, dan beberapa daerah sekitarnya, pasokan durian yang ada di Yogyakarta juga berasal dari Magelang, Kecamatan Candimulyo salah satunya.

Kecamatan ini terletak kurang lebih 40an km dari tempat saya tinggal di Yogyakarta, atau sekitar 1 hingga 1,5 jam waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor. Kontur perbukitan mulai menyeruak saat menuju wilayah Kecamatan Candimulyo. Jalanan yang naik dan turun terasa menyenangkan karena kondisi jalan yang mulus dan asri.

[caption id="attachment_353175" align="aligncenter" width="640" caption="Rute menuju Kecamatan Candimulyo Magelang dari Yogyakarta (google maps)"]

1425012297913364172

[/caption]

Tak seberapa jauh setelah memasuki Candimulyo, tampak buah durian sudah mulai disuguhkan di pinggir jalan. Aroma durian segera menusuk ke segala penjuru hidung. Ah, tak sabar rasanya untuk segera mencicip sang raja buah.

Kami terus memacu kendaraan menuju ke Dusun Mantenan (dengan pelafalan ‘e’ seperti kata ‘empat’)  di Desa Giyanti. Benar saja, durian sudah tersaji di mana-mana. Di Mantenan, buah dengan kulit berduri ini dijajakan di rumah-rumah warga apa adanya.



[caption id="attachment_353179" align="aligncenter" width="640" caption="Durian dijual di rumah-rumah warga (dok. pribadi)"]

14250129241687450564

[/caption]

Kami akhirnya singgah di sebuah rumah yang ramai disinggahi mobil-mobil para pembeli durian yang datang dari berbagai kota. Terlihat puluhan atau mungkin ratusan durian mengisi tiap sudut rumah ini. Bahkan di garasi mobil tertumpuk durian dengan berbagai ukuran yang siap dipasarkan.

Tiga buah durian kami pilih untuk segera dinikmati. Namun sayang, durian yang tampak matang ternyata zonk alias sudah mulai busuk di sebagian buahnya.

[caption id="attachment_353200" align="aligncenter" width="640" caption="Stok durian di garasi rumah warga (dok. pribadi)"]

14250164311221490668

[/caption]

[caption id="attachment_353180" align="aligncenter" width="640" caption="Durian yang terlihat manis (dok. pribadi)"]

142501308967033838

[/caption]

Tak mau berlama-lama, kami pindah ke lokasi lain. Kali ini kami mampir di sebuah kios sederhana yang menggunakan bambu dan beratap terpal sebagai tempat menjual durian. Durian yang ditawarkan memang tidak terlalu banyak. Tetapi si raja buah di kios ini terlihat ranum dan mulai mencapai puncak kemanisannya.

Bu Sis nama penjual durian di kios ini. Setelah deal dengan urusan harga, dengan tangkas Bu Sis membuka durian yang kita pilih. Tubuh sang raja buah pun terbelah. Aroma harum langsung menyengat. Dan tangan-tangan kami tak sabar menyusup di antara pongge durian.

[caption id="attachment_353193" align="aligncenter" width="640" caption="Bu Sis yang tangkas membelah si raja buah (dok. pribadi)"]

14250156141454758037

[/caption]

“Cleng! Manise...” Itu reaksi pertama saat saya menikmati durian di sini.

Sambil menikmati durian, saya berbincang dengan Bu Sis. Bu Sis, layaknya pedagang durian yang lain di Candimulyo, adalah pedagang musiman. Saat hari biasa, Ibu Sis bekerja sebagai buruh tani untuk menggenapi kebutuhan  rumah tangganya. Suaminya adalah tukang kayu.  Namun giliran musim durian datang, aktivitasnya akan berganti sebagai penjual durian. Begitupun nanti saat durian sudah tidak hadir lagi, maka Ibu Sis akan kembali menjadi buruh tani.

Saat ditanya tentang penghasilan, dengan malu-malu Bu Sis tak mau menyebutkan. Namun dari nada bicara dan raut muka yang mengembang terasa bahwa ketika musim durian datang Bu Sis cenderung mengalami peningkatan penghasilan.

[caption id="attachment_353195" align="aligncenter" width="640" caption="Bu Sis, salah satu pedagang musiman di Candimulyo, Magelang (dok. pribadi)"]

14250157071109696879

[/caption]

Musim yang dinamis di negara tropis membawa rejeki tersendiri bagi Ibu Sis. Dan bagi saya, kenikmatan tersendiri bisa menikmati aneka suguhan alam di bumi khatulistiwa ini.

Dua durian ukuran sedang telah kami habiskan. Perut sudah terasa kenyang. Namun karena tergiur dengan harga yang relatif lebih murah dan rasa yang memikat, tanpa ragu kami membawa 4 buah durian lagi untuk dibawa pulang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline