Dalam dunia ilmu tasawwuf, ma'rifatulloh adalah hal melekat yang mutlak harus dimiliki dan disandang secara mantap oleh seorang pesuluk sejati untuk mampu melaksakan pengabdian yang maksimal dan paripurna kepada TuHan Sang Pecipta alam semesta. Alloh Azza Wajalla.
Secara mudah untuk dipahami, ma'rifatulloh adalah pengenalan secara dekat disertai dengan totalitas keyakinan dan kesadaran tanpa ada keraguan sedikitpun mengenai Alloh Azza Wajalla. Sebuah pengetahuan yang mantap dan mapan tanpa tergoyahkan oleh siapapun, apapun dan kapanpun juga dikarenakan hatinya sudah dipenuhi dengan haqqul yaqin.
Pengenalan itu tidak serta merta langsung tertuju kepada Alloh Azza Wajalla semata, namun diawali dari pengenalan kepada para kekasihNya di muka dunia, hukum-hukum yang telah ditetapkanNya, serta sifat-sifat yang melekat.
Oleh karenanya. Pada tingkat pemahaman ma'rifat yang benar, mereka senantiasa bermental pejuang. Hampir dimana-mana ada gerakan penjajahan, maka para ahli tasawwuf berada di garda paling depan untuk menggulung mereka sampai titik darah penghabisan. Tanpa ada rasa takut dan khawatir.
Berbagai macam cara ditempuh agar ma'rifatulloh mampu melekat kuat dalam hati. Selain membaca kitab panduan utama dalam beragama yakni al-Qur'an dan al-Hadis, memahami diri (ma'rifatun nafs), membaca fenomena alam dan lingkungan (ma'rifatul alam) adalah sarana yang sangat penting untuk dilakukan.
Contoh mudahnya. Jika seseorang muslim-mukmin membaca al-Qur'an dan memahami makna serta tafsirnya sebelum sholat, maka ketika sholat dia akan merasakan benar-benar bahwa dirinya sangatlah kecil sebagaimana debu di hadapan TuHan yang Maha Agung. Sebuah sinyal tanda ma'rifat sudah melekat pada dirinya.
Kemantapan lantunan takbir dalam sholat juga sangat terasa berbeda dari biasanya. Ruku' dan sujud menjadi lebih bermakna dan berbekas kuat dalam batiniah. Ucapan dan tindakan dalam kehidupan sehari-harinya pun syarat dengan hal-hal yang berdaya guna. Baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.
Bandingkan jika seseorang melihat acara yang tidak jelas di televisi maupun internet sebelum sholat. Maka dia akan sulit untuk sholat dengan khusu' dalam hatinya dan khudu' di jasadnya dalam ritual sholat dikarenakan masih terbayang acara atau sesuatu yang dilihat sebelum sholat. Sehingga sholatnya juga tidak berpengaruh kuat pada kehidupan sehari-hari.
Dalam kehidupan nyata, seseorang yang berkendara dengan ma'rifat tidak akan merasa sombong di jalan raya disebabkan kelebihan yang ada pada dirinya. Entah disebabkan tunggangan yang lebih baik daripada yang lain maupun karena kemampuan dan kelihaian dirinya dalam berkendara di jalan raya.
Nabi Sulaiman As tetap mengatakan "Haadza min fadli robbii" sebagai bentuk ma'rifat bahwa harta yang ada pada dirinya hakikatnya adalah milik Alloh semata sebagai ujian untuk dirinya. Hal itu pula yang menjadikan beliau berada derajat yang tinggi walaupun bergelimang harta.
Padahal, salah satu ujian besar dalam kehidupan ini adalah bergelimangnya harta. Tidak sedikit orang yang mampu melewati ujian Alloh Azza Wajalla berupa kemiskinan yang melanda, namun dia tidak mampu menghadapi ujian bergelimangnya harta. Belum lagi jika ditambah dengan tahta atau jabatan tinggi yang ada pada dirinya.