Cobek biasanya digunakan untuk mengulek bumbu masak di dapur. Namun, di tangan Kang Eeb --panggilan sehari-hari Muhammad Syueb Arsalan yang merupakan teman satu kamar saya di Pondok Pesantren Tambak Bening- cobek menjadi hal yang indah dan berharga.
Kebiasaan sejak kecil di desanya Kragan, Rembang, Jawa Tengah yang suka melukis di kaca kemudian diberikan tulisan kaligrafi itulah yang kemudian berlanjut ketika dia mulai menjadi santri di Surabaya pada awal tahun 2000-an. Media kreasi yang awalnya di kaca kemudian dialihkan ke cobek.
Walhasil, karya kreatif, langka dan unik ini banyak sekali diminati oleh para jamaah pesantren maupun orang tua santri, sehingga karyanya sampai saat ini masih diteruskan ketika keluar dari pesantren karena sudah menikah dan hidup mandiri.
Peminat karyanya semakin luas karena ditunjang dengan gandengan dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kota Surabaya untuk melakukan pameran di berbagai tempat baik di pulau Jawa maupun luar Jawa karena dianggap UMKM yang kreatif dan berdampak pada ekonomi masyarakat.
Penjualan lewat jejaring online ikut menambah subur hasil karyanya sehingga saat ini dia sudah punya mobil sendiri untuk membawa hasil karyanya. Padahal dulu, jika mau ada pameran dia harus bersusah payah mencari angkutan. Dia juga sudah memberdayakan beberapa orang untuk membantunya.
"Alhamdulillah atas pertolongan Allah dan berkah doa para guru, semua terasa mudah dan indah." Ungkapnya.
Karya sebagai Sarana Ibadah dan Dakwah
Sebagai seorang santri, semua karya haruslah bernilai ibadah. Karena jika bernilai ibadah, maka hal itu akan memperoleh pahala. Bukan sekedar karya biasa. Begitu juga dengan kaligrafi yang dibuatnya diniatkan agar yang melihat karya itu kemudian ingat kepada Sang Pencipta alam semesta dan jagat raya. Allah Swt.
Cobek yang bentuknya menonjol dan kemudian ditulis secara indah asma-asma Allah Swt secara filosofis memberi arti bahwa Tuhan haruslah dinomorsatukan dalam kehidupan. Dengan begitu kehidupan dunia maupun akhirat akan penuh kebahagiaan.
Untuk mencapai hal tersebut dia berusaha untuk tidak batal wudlu ketika mengoleskan kanfasnya di atas cobek, alias senantiasa dalam keadaan suci dari hadas. Selain itu, lisan serta hatinya juga diusahakan selalu dzikrullah dan shalawat kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw.
Pada kenyataannya, karya-karya yang dihasilkan mempunyai aura spritual yang berbeda dengan karya-karya yang dulu dihasilkan tidak dalam keadaan suci. Ya, karena dulu dia belum menjadi santri di Pondok Pesantren Tambak Bening atau yang biasa disebut Ma'had TeeBee oleh publik Surabaya.