Lihat ke Halaman Asli

Arif Khunaifi

TERVERIFIKASI

santri abadi

Santri Menguji Katajaman Mata Batin

Diperbarui: 22 Mei 2018   14:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: dok.pribadi

Di Tahun 1999 ada sebuah kisah nyata. Seorang santri bernama Kang Ma'shum dari sebuah pesantren di Jombang berinisiatif mengajak dua santri lain untuk sowan ke pondok Mbah Thoyyib Sumengko-Wringin Anom. Salah seorang sosok kharismatik yang terkenal ketajaman mata batinnya.

Wringin Anom termasuk wilayah Gresik, namun dimana-mana orang mengatakan bahwa Mbah Thoyyib Krian. Karena memang wilayahnya lebih dekat dengan Krian. Sebagaimana tempat tinggal penulis di Balongbendo, orang mengatakan itu wilayah Krian. Padahal sudah beda kecamatan. Untuk menuju tempat Mbah Thoyyib penulis cukup menyeberang sungai. Hehe...

Kembali ke topik cerita. Tidak ada hal yang hendak diutarakan dari keinginan mereka bertiga sowan ke Mbah Thoyib, selain sekedar salaman, minta doa, dan ingin tahu lebih dekat seperti apa sosok yang terkenal unik ini ketika malam hari.

Malam itu, jam dinding kamar pondok menunjukkan pukul 21:30 WIB. Dari kamar atas terlihat pintu gerbang pondok sudah di tutup oleh kamtib pondok. Melihat kondisi seperti itu, kedua sahabatnya hendak mengurungkan niat untuk sowan ke Mbah Thoyib.

"Sudah jam segini kang...pintu gerbang sudah ditutup, kita lewat mana?" tanya temannya.

"Oh...gampang itu, kita lewat atap genteng kiai saja, nanti kalau sudah dekat talang air kita lompat ke halaman rumah.!?" sahutnya menawarkan solusi.

Sebenarnya kedua temannya ragu atas solusi yang diajukannya. Setelah diyakinkan bahwa kalau ada apa-apa dialah yang bertanggung jawab, akhirnya mereka berdua pun bersedia.

Malam itu mereka bertiga mengendap-endap merayap diatas genteng rumah kiai. Kedua temannya sudah sampai duluan di ujung talang air dan segera saja melompat ke halaman rumah. Kini hanya tinggal dia sendiri yang masih ditengah atap, dan tiba-tiba,

"Kletheekkk"

Salah satu genteng retak terinjak diiringi bunyi suara berdehem dari arah bawah. Antara takut dan khawatir ketahuan, ketika sampai diujung talang air dia pun melompat dan lari pontang-panting dengan mereka berdua yang sudah menunggu dengan was-was.

Mereka naik bus jurusan Surabaya turun di depan Masjid Jami' dekat pasar Krian. Jam tangan menunjukkan pukul 23:00 WIB. Setelah berjalan kaki selama dua jam, sekitar jam 1 dini hari mereka sudah sampai depan pondok. Malam itu, Alloh memberi kesempatan kepada mereka bisa menjumpai beliau sedang khusyuk berdzikir di mihrobnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline