Lihat ke Halaman Asli

Arif Khunaifi

TERVERIFIKASI

santri abadi

Cara Menularkan Virus Menulis Kreatif Kepada Santri

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1332301774768730986

[caption id="attachment_169922" align="aligncenter" width="659" caption="Para Santri. dok.pribadi"][/caption]

Selasai acara kompasiana blogshop negeri 5 menara di gedung BI Surabaya (17/3), saya langsung pulang dan menulis catatan tentang efen tersebut. Sekitar pukul sembilan malam selesai sudah tulisan itu dengan tanpa edit namun langsung uploud ke kompasiana. Mata rasanya sudah mengantuk sekali untuk sekedar mengedit.

Lima menit kemudian ada kabar ada pengajian di Ampel, saya lantas ke tempat tersebut. Padahal malam itu saya ada jadwal pulang ke desa di Tuban. Maka usai acara jam 11 malam saya langsung meluncur ke Tuban dengan sisa- sisa tenaga. Jarak antara Surabaya dengan desa saya 139 km.

Saat itu yang terpikir adalah bagaimana menularkan virus menulis kepada para santri pesantren desa sebagaimana ilmu yang saya peroleh dari Pak Guru Johan Wahyudi, Bang Ahmad Fuadi dan Mas Iskandar Zulkarnaen alias mas Isjet.

Walaupun mata ngantuk tetapi otak tetap berfikir bagaimana bisa mengumpulkan mereka agar mendapatkan virus menulis. Bahkan belum pernah saya menyopir dengan kondisi super ngantuk seperti saat itu. Kendaraan sepi sekali, bahkan sulit mengenali tempat-tempat yang telah saya lalui.

Sampai di rumah sekitarpukul 01.30 dini hari. Ketok pintu agak lama baru ada yang bangun dan membukakan pintu. Tanpa ba bi bu masuk kamar langsung..wassalam. Bablas angine. Bangun saat adzan subuh dan sholat berjamaah.

Pagi itu saya baru diberitahu ibu jika beliau nanti malam akan mengundang santri pondok untuk ngaji bersama dalam rangka syukuran pendirian rumah baru yang terletak di belakang. Saya langsung berpikir berarti nanti malam adalah saat yang tepat untuk menularkan virus menulis.

Dan benar. Usai ucara makan saya ajak mereka untuk memahami arti sebuah tulisan bagi kehidupan. Selain itu saya juga menyisipkan sisi jurnalistik agar mereka termotifasi menulis di majalah yang pesantren kelola. Ternyata mereka antusias dan senang sekali. Tawa riuh dan senyuman menghiasi pertemuan malam itu.

Ketika mereka kembali ke kamar mereka di pesantren, saya mencoba untuk menengok mereka. Walhasil mereka membawa buku tulis mereka masing-masing dan menuliskan sesuatu yang hanya mereka sendiri yang tahu. Itu berbeda dengan aktifitas mereka sebelumnya.

Akhirnya terima kasih kepada kompasiana, terima kasih para pengisi acara, terima kasih Bank Indonesia, terima kasih kepada saudara-saudara kompasianer semua. Anda telah menularkan virus menulis kepada saya dan saya pun menularkan virus kepada mereka. Ini namanya multilevel pahala.

Salam Cinta…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline