Aku menyesap kopi moccalatte favorit yang udah ada di meja, sambil dengerin dua rekan, alias temen kerja yang ngoceh mulu kayak sepeda nggak punya rem. Yang pakai jilbab keki pucat namanya Feby. Padahal ini hari Kamis, nggak tahu kenapa dia pakai jilbab warna itu, nggak serasi sama seragam. Yang satu namanya Anes, Yohanes Kristian. Nggak perlu aku jabarin dia berkeyakinan apa kan ya? Udah jelas kalau Anes mah.
"Ke, kamu pasif amat di grup. Jangan nulis mulu napa? Sekali-kali ikut nimbrung," kata Anes yang berdiri sambil ngemil keripik singkong.
Aku berdehem sambil ngetik kata pengantar. Biarlah mereka mau bilang apa.
"Iya ih. Kamu tahu nggak, Ke. Beberapa hari ini ketuanya ikut nimbrung. Seru banget," timpal Feby.
"He em. Dia ternyata asik juga ya, kenapa kalau di blog jarang bales komen?" Anes mereka-reka.
"Kak Tian?" tanyaku.
"Siapa lagi kalau bukan Kak Tian. Dia asik juga kalau diajak ngobrol. Apalagi soal tulis menulis, aku yang nggak gitu mudeng ini kudu nyambung dong. Malu ih, kalau kelihatan bego. Hahahaha," kata Anes sambil ketawa.
"Aku juga iya loh, Nes. Kalau ada dia selalu nyari-nyari obrolan yang sekiranya, bikin Kak Tian berasumsi kalau aku tuh pinter soal ngeblog," imbuh Feby.
Aku menghela napas denger bahasan mereka yang makin gak nggenah.
"Ngapain sampe segitunya sih?" sergahku.
"Ya, biar menarik perhatian Kak Tian lah. Apalagi," tegas Anes sebelum dia duduk di kursinya. Sedangkan Feby masih semeja denganku, dia menikmati makan pagi yang tadi beli di warung depan.