Lihat ke Halaman Asli

Ari Firmansyah

Dreamer with open the eyes

Studi tentang Kebutuhan Dasar Manusia

Diperbarui: 6 September 2018   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkadang diri kita sering bersikap skeptis oranglain. Kemungkinannya karena tidak semua orang mempunyai perilaku atau sikap yang baik, atau bisa jadi karena tidak percaya pada seseorang yang akan dikenal. Sebenarnya hal itu memang lumrah untuk disadari. Salah satu sebabnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar tiap individu berbeda-beda. Jika merasa muak dengan ajang pamer pameran seseorang di media sosial, hal tersebut bisa juga tidak bisa disalahkan juga. Kemungkinannya adalah aktualisasi atau ajang eksistensi dirinya dalam menanggapi berbagai hal, psikologi juga bisa dikaitkan dengan gaya hidup manusia ini. 

Dalam kajian penelitian bidang psikologi terdapat hierarki kebutuhan dasar manusia seperti yang diterangkan oleh Abraham Maslow, yang salah satunya adalah rasa aman yang berada di level kedua.

Menilik dari hierarki diatas maka manusia sejatinya memerlukan kebutuhan fisiologis, atau kebutuhan primer yang fardlu 'ain bagi setiap manusia dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Apalagi demi menjaga kehidupan dan kesehatan manusia dalam mengarungi dinamisnya roda kehidupan. Kebutuhan fisiologis bisa diwujudkan dengan kebutuhan makan, kebutuhan istirahat, kebutuhan bernafas, dan segala kebutuhan dalam kaitannya anatomi manusia itu sendiri. Tentu saja kebutuhan jenis ini layaknya makhluk hidup hewani, yang sesuai nalurinya.

Namun apabila kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka, akan naik level ke pemenuhan kebutuhan rasa aman dan keamanan. Coba saja bayangkan apabila ingin mengerjakan sesuatu hal, umpamanya seorang mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Tentu jika dirinya mengerjakan ditempat yang aman, nyaman, implikasinya adalah mudah dalam mengerjakan tugas akhir skripsinya. Bandingkan apabila berada ditempat yang ramai, ribut, suara bising yang memekakan telinga, beda halnya dengan suara berisik jangkrik, suara berisik kodok, suara berisik alam yang memang memberi aura positif dalam melakukan pekerjaan. 

Tentu saja akan mengurangi konsentrasi bekerja jika dihadapkan pada fenomena yang tidak kondusif. Mengerjakan suatu hal akan lebih enteng, lebih mudah jika memang merasa aman dan nyaman. Berada di situasi yang tidak mengenakkan, seperti berita-berita yang santer terdengar yaitu kejadian teroris, atau berada ditempat peperangan, tempat yang sedang terjadi bencana alam. Akan menimbulkan kondisi kejiwaan yang serba cemas, khawatir, takut akan bahaya, takut akan ancaman. Dorongan kestabilan jiwa juga membuat segalanya akan mudah dikerjakan, tidak bisa dipungkiri lagi.

Kedua level tersebut sebetulnya adalah kebutuhan manusia yang hampir sama kebutuhannya dengan kebutuhan hewan. Karena manusia itu terdapat jiwa hewani, namun dikarenakan manusia mempunyai kelebihan akal daripada hewan. Yang dari akal tersebut manusia mampu untuk berjiwa 'manusia', dalam artian manusia mempunyai pilihan menentukan sikap, berakhlak, berilmu pengetahuan, jiwa yang membedakan dengan jiwa hewan yang liar, tidak karuan. Dari sanalah manusia menemukan budaya, meniptakan budi dan daya, kreatifitas, ataupun bisa diartikan menemukan peradaban.

Jika melihat akhir-akhir ini, karena perkembangan teknologi yang tidak bisa dibendung yang sangat pesat perkembangannya. Selalu kita melihat update status entah itu di laman sosial media facebook, twitter, instagram, dsb. Maka kemudian banyak kita temui update status yang sebetulnya malah membuat seperti nyampah, atau entah itu dengan maksud apa seseorang mengupload foto yang sedang dia lakukan. Kemungkinan itu adalah implikasi dari sebuah kebutuhan dasar manusia yaitu aktualisasi diri yang melebihi ego manusia di level keempat. 

Aktualisasi diri seseorang akan berbeda-beda, bisa digunakan manusia untuk agar lebih dikenal, atau untuk ajang pamer dirinya saja, ajang dimana butuh diakui sebagai entitas manusia, butuh ke-eksistensi-annya. 

Namun kebanyakan manusia secara rata-rata untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, pada tahap level ketiga sudah cukup, itu bagi kebanyakan orang. Namun bisa berubah, dihadapkan juga pada psikologis seseorang dalam menangkap dan kemudian mencerminkan pemikirannya melalui sosial media. 

Karena bentuk eksistensi manusia yang kadang berbeda itulah, dianggapnya menjadi kepuasan dirinya. Belum tentu orang lain merasakan kepuasan yang sama, jika kita mau menyingkirkan sikap buruk dengki atau hasad. Kedengkian itu bisa menghampiri manusia karena suatu hal, bisa jadi karena keinginannya seperti layaknya orang lain, karena menganggap apa yang diraih seseorang tersebut merupakan sebuah pencapaian kesuksesan. Angan-angan manusia yang menginginkan kebahagian seperti halnya orang lain, mampu menjerumuskan juga kedalam lembah adu domba, karena perasaan sikap dengki/iri hati.

Karena kebutuhan aktualisasi diri ini, maka kebutuhan menghargai dan dihargai yaitu hierarki kebutuhan dasar manusia yang keempat adalah langkah konkret agar antar manusia bisa mewujudkan puncak potensi prestasi. Dengan tenggang rasa atau jawanya 'tepo sliro' yang juga merupakan unsur dari rasa menghargai, saling memahami, maka akan bisa menciptakan rasa perdamaian. Analoginya bisa dilihat dari sebuah arloji jam tangan yang sistematis. Arloji bisa dikatakan satu entitas arloji apabila satu komponen dengan komponen saling mendukung, saling melengkapi kekurangan-kekurangan yang tidak mampu diatasi oleh komponen lain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline