9 Desember 2020 awalnya dinantikan kedatangannya, tetapi ketika quick count telah menampakkan kemampuan ilmiahnya, dengan sendirinya semakin terabaikan sudah Tanggal dan Hari yang dinanti itu.
Sebenarnya begitu pula perilaku manusia pada segala urusannya, jika belum tercapai maka imajinasi dan harapan untuk bertemu dengan keinginannya sangat mendebarkan dan sangat diharapkan hadirnya.
Imajinasi ingin memiliki rumah mewah, padahal ketika rumah mewah sudah dimiliki kurang lebih dari 1 tahun lahirlah kejenuhan atau kebosonan.
Hasrat ingin memiliki mobil mewah dan menjaga setiap saat atau mencuci setiap 3 harinya, namun ketika dimiliki mobil tersebut, maka perlahan-lahan hasrat tidak lagi sesuai dengan rencana akibat variable (keinginan) lain hadir lagi dengan proses sama yang melintas di dalam benak setiap insan.
Sama halnya dengan pembaca budiman ini, hasrat ingin memiliki istri cantik rupawan, maka segala ikhtiar mengantarkan dia pada usaha yang diharapkan dengan penuh romantisme menyakinkan sang bidadari tersebut, namun jika sudah menjadi istri 5 tahun, rasa biasa-biasa aja menghampiri.
Bukankah itu bagian dari hawa nafsu dan bisikan syaitan yang setiap saat menghampiri dan menanamkan imajinasi dan khayalan tingkat tinggi pada setiap benak manusia.
Kembali ke 9 Desember 2020, ketika pemimpin baru telah tersebutkan dalam quick count tanpa mengurangi kekuatan resmi KPU dengan segala perangkatnya akan "mengulangi" pengumuman quick count dalam perbedaan yang kurang lebih kemungkinan akan sama persentase, berkaca dari pengalama sebelumnya.
Maka sesungguhnya pesta demokrasi 5 tahunan telahpun usai dan kita akan menanti pesta demokrasi di berbagai provensi, kabupaten, dan kota lainnya dengan kemiripan " pengulangan" pesta dengan rasa yang kurang lebih sama pula.
Penuh harapan Pilgub, Pilwalkot, Pilbup kemarin berjalan dengan penuh harapan benar-benar rakyat menjatuhkan pilihannya tanpa variable apapun kecuali kepemipinan yang akan membawa arah perubahan sesuai janji politiknya.
Jika tidak, kepemimpinan yang sustainable akan terasa sulit jika Pilgub, Pilwalkot, Pilbup dicemari dengan politik uang, atau dimenangkan dengan politik uang, maka kepemimpinan akan sekedar "upaya sistematis" dalam pengembalian modal usaha atas apa yang telah disemai pada pesta demokrasi.