Paradox Negara Agraris
Apakah tepat Indonesia disebut sebagai negara agraris (pertanian)? Bisa benar bisa tidak.
Benar, jika bersandarkan kepada fakta bahwa sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dari hasil aktifitas di sektor pertanian. Tanah di kepulauan nusantara yang berada dalam gugusan ring of fire, sangat subur dan cocok untuk kegiatan agribisnis.
Namun faktanya hanya ada 30 persen daratan di kepulauan nusantara , sedangkan sisanya 70 persen adalah lautan. Indonesia mempunyai garis pantai nomor dua terpanjang di dunia. Dengan fakta-fakta itu, maka Indonesia akan lebih tepat disebut sebagai negara maritim (perikanan) daripada negara agraris.
Jalan kompromi, mari kita sepakati, NKRI adalah negara agraris sekaligus negara maritim.
Meskipun luas daratan hanya 30 persen, namun sudah berabad-abad , bangsa Eropa kenal cengkeh dan pala yang merupakan hasil pertanian dari kepulauan Maluku secara estafet dari pedagang nusantara, India dan Arab.
Fakta sejarah menunjukkan bangsa Eropa berhasil memonopoli perdagangan rempah-rempah dengan cara kolonialisasi dimulai oleh Portugis, kemudian oleh VOC (Belanda) di nusantara sejak tahun 1512 hingga tahun 1942.
Sekedar catatan statistik seputar sektor pertanian.
- Menurut BPS (2021 ) sebanyak 29.59 persen dari tenaga kerja (38.23 juta orang) melakukan aktivitas di sektor pertanian , dengan trend yang menurun.
- Luas lahan pertanian yang tersedia adalah 10.52 juta hektare , terus menyusut dari tahun ke tahun.
- Sektor pertanian adalah kontributor terbesar kedua terhadap PDB, yaitu sebesar Rp. 2250 T (13.28 % dari PDB).
- Selama pandemi, sektor pertanian konsisten terus tumbuh sebesar 12.93 persen, salah satunya dimotori oleh ekspor pertanian.
- Ada 21 persen dari 64.5 juta penduduk kelompok umur pemuda yang bekerja di sektor pertanian.
Apa Tantangan Sektor Pertanian ?
Tantangan Bisnis Pertanian (Agribisnis) ada 3 :