Oleh Arifin Indra
Terinspirasi dari tulisan salah seorang Kompasianer yang mengisahkan ada lulusan S1 yang terpaksa menjaminkan ijazahnya demi mendapatkan modal untuk bisnis rintisannya.
Sebenarnya ada beberapa sumber yang bisa dipilih tanpa harus menggadaikan ijazahnya.
Sebelum menjalankan sebuah bisnis rintisan (startup), si pemilik perlu mengerjakan PRnya terlebih dahulu yaitu membuat perencanaan model bisnis. Yaitu, semacam kisi-kisi seputar siapa target marketnya, apa yang ditawarkan, produknya apa, bagaimana melayaninya , salesnya dari mana, siapa saja posisi penting, dan struktur biayanya.
Mengikuti prinsip manajemen yang baik, maka pembuatan Model Bisnis (planning) harus dipersiapkan secara matang terlebih dahulu sebelum diimplementasikan.
Model Bisnis .
Kita misalkan ada seorang Kompasianer yang punya lisensi Certified Nutrisionist, merencanakan membuka bisnis rintisan usaha makanan siap saji (3 X sehari) untuk para pengidap Diabetes dalam radius 7 km dari rumahnya.
Atas dasar pengetahuan dan ketrampilannya sebagai Certified Nutrisionist, mampu untuk merancang menu khusus (dihitung kalori, protein, lemak, serat dan lain-lain) sesuai dengan kebutuhan gizi standard pengidap Diabetes.
Potensi bisnis rintisan ini feasible , diperkirakan akan mendapatkan profit margin kotor 50-100 persen (memakai patokan bisnis kuliner). Diatas kertas permintaannya tinggi namun dari sisi penawaran kurang digarap (entry barrier rendah-sedang).
Catatan Singkat : Secara statistik ada 6.28 persen penduduk dunia mengidap diabetes type 2, di US ada 10.5 persen (32,2 juta penduduk) sedangkan di Indonesia ada 10.6 persen (19.47 juta ) penduduk mengidap diabetes. China adalah negara paling banyak penduduk pengidap diabetes, disusul India, Pakistan, USA dan Indonesia.