Oleh Arifin Indra
Via harus kembali ke KL untuk melanjutkan karir, membesarkan kedua buah hatinya dan mendampingi suaminya. Pesawat Airbus 330 Flight MH 5893 sudah diujung landasan pacu Bandara Soetta, sedang siap melaju untuk take off. Via menyandarkan kepalanya di kursi pesawat. Via menghela nafas panjang dan memejamkan matanya berdoa sambil menggenggam tangan suaminya. Didalam hati, Via berjanji akan selalu membimbing kedua anaknya untuk selalu rukun sesama sodara sekandung, apapun masalah yang dihadapi dalam keluarga.
Masih teringat dengan jelas wejangan kata-kata Abinya :
Harta warisan itu dikumpulkan orang tua dengan keringat, kadang penuh pengorbanan dan airmata.
Ahli waris tidak mengeluarkan tenaga, keringat dan pengorbanan.
Jika datang waktu untuk membagi warisan orang tua, hendaknya secara ma'ruf dengan sesama ahli waris.
Jangan sampai kegaduhan di keluarga Bude To terjadi di keluarga Abi.
Sebagai anak pertama, Via harus mampu menjadi panutan adik-adikmu.
***
Abinya Via pernah menceritakan keluarga Pakde To, kakaknya Abi tertua.
Pakde To adalah seorang ASN, dokter spesialis penyakit dalam. Setelah terkena serangan jantung yang ke dua, Pakde To kapundut. Setelah Pakde To sedo, Bude To kehilangan panutan. Selama ini Pakde To sangat dominan menyelesaikan persoalan keluarga, mencari nafkah, aktifitas penting dan termasuk catatan keuangan.