Lihat ke Halaman Asli

Otoritas Moneter: Berlomba Menjinakkan Inflasi

Diperbarui: 8 Mei 2024   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Pijar News

"Eskalasi Konflik antara Iran Vs Israel ketika sedang memanas, mungkin telah berpengaruh pada perekonomian global, termasuk Indonesia".

Potensi naiknya harga minyak mentah dunia akibat konflik geopolitik di Timur Tengah juga memicu kekhawatiran akan kenaikan laju inflasi di sejumlah negara, salah satunya di Amerika Serikat. 

Bila laju inflasi di Amerika masih tinggi kecil kemungkinan bank sentral Amerika Serikat, akan menurunkan tingkat suku bungannya yang membuat indeks dolar menguat dan semakin menekan mata uang dunia, termasuk rupiah.

Pada Kamis 18 April 2024 pagi, tercatat nilai tukar rupiah ada di level 16.173 per dolar Amerika menguat tipis 0,29%. Nilai tukar rupiah tercatat menembus 16.000 per dolar sejak pembukaan perdagangan pasca libur panjang Lebaran.

Inflasi sekarang dipicu kurangnya pasokan energi yang sangat dibutuhkan dalam proses produksi dan distribusi. Ketika harga energi melonjak, maka biaya produksi dan distribusi juga naik. Jenis inflasi ini disebut cost-push inflation, yaitu inflasi yang dipicu oleh kenaikan biaya produksi kemudian berdampak terhadap naiknya harga.

Dalam konteks ekonomi Indonesia, perlu dicermati dengan baik dan dimitigasi resiko yang membawa dampak secara langsung, karena bersamaan dengan konflik politik global ini, rupiah juga terus mengalami penurunan.

Tercatat rupiah Masih ditutup melemah 81 poin dalam perdagangan Jumat 19/ April 2024 sore. Rupiah ditutup di level 16.260 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di level 16.179 per dolar AS.

Berikut prediksi dampak konflik Iran vs Israel.

Kini, bertahannya penguatan dollar, selain konflik Timur Tengah yang memanas, juga karena pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell, semalam, bahwa inflasi AS masih belum terlihat kemajuan berarti untuk turun ke target 2 persen," kata Ariston dalam keterangannya, SERAMBINEWS.COM, JAKARTA (17/4/2024).

Sementara Ekonom dan Mantan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan terkait dengan IHSG, sebenarnya sudah terguncang oleh tingkat suku bunga tinggi sebelum adanya konflik Iran dan Israel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline