sebelum angin menjauhkanku dari dingin
aku merangkum dalam diam tanpa kalam
aku berharap sekelebat cahaya bukan lilin
mendekapku, membisik cerita terdalam
sembari berseloroh, puaskanlah di sini
perut harus kosong agar insiprasi
mengalir dari kepala ke kaki-kaki
lalu ada bisikan lirih, hidup hanya
lantunan penuh teka-teki, sungguh perih
untuk semua asa tersimpan di jendela
sudahi atau waktu-waktu berlari
meninggalkan tubuh ini
yang tak memerdeka, tak berjeda
aku hendak mengguyur sepelan
pelannya, tetapi ada tegurmu, tertelan
sudah semua mimpi, tertanam
paling dasar, untuk apa geram
pada berita bermuslihat
pada lidah bersilat
pada pangkat-pangkat tak bermartabat
aku duduk menonton di toilet
yang memerdekakan siapa saja untuk berhajat
Bandung, 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H