Lihat ke Halaman Asli

Arifin BeHa

TERVERIFIKASI

Wartawan senior tinggal di Surabaya

Berjibaku Mengelola Hewan Kurban Sebelum Penyembelihan di RPH

Diperbarui: 22 Juli 2022   01:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tim pembelian hewan kurban terpaksa harus menggunakan sepeda motor (Dok-Pri)

Udara di Kabupaten Bojonegoro -Jawa Timur, Minggu pagi (5/6/2022) terasa sangat dingin. Hujan masih sering turun. Inilah awal mulanya panitia hewan kurban Masjid Al-Muslimun Surabaya mencari sapi untuk hewan kurban.

Tim survei terdiri dari: Nursidik, Abi Seputro, Heri Susianto, Budi Rachmad, Eka Setyawan, Febri dan Muchammad Yunus, serta beberapa orang lagi.

Tim kecil ini terpaksa menggunakan sepeda motor. Mereka menelusuri jalan berliku, melintasi kawasan hutan menuju desa Sengon, Kecamatan Ngambon. Rombongan menembus berbagai rintangan untuk membawa misi membeli sapi.

Desa Sengon bukan menjadi satu-satunya wilayah yang dikunjungi. Berikutnya, masih di bulan Mei, ada dua desa lagi mereka jelajahi. Seluruhnya ada tiga desa: Desa Sengon, Ledok Kulon, dan Desa Sambiroto. Dari ketiga desa itu, akhirnya panitia memperoleh 20 (duapuluh) ekor sapi.

Bagi orang awan kegiatan ini bisa menimbulkan pertanyaan: hari raya Idul Adha 1443 H masih dua bulan lagi. Mengapa dari sekarang sudah membeli sapi? Apa tidak membawa risiko?

Segala pekerjaan selalu mempunyai risiko. Namun Semuanya selalu tertukur. Risiko itu ada penyebabnya. Dalam hal pembelian sapi untuk kurban itu, setidaknya ada dua sebab.

Pertama, merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) yang terjangkit di wilayah Indonesia. Pemerintah Provinsi Jawa Timur terpaksa mengambil keputusan, tidak boleh membeli hewan atau ternak di beberapa kabupaten.

Langkah ini terasa berat, tetapi harus dipahami sebagai ikut mencegah kerugian lebih besar. Keputusan ini  "menutup masa panen" peternak. Sejumlah peternak sapi, kambing, dan domba tentu saja terdampak. Mereka sangat terpukul.

Di sisi lain, pengawasan lalu lintas hewan belum maksimal. Peternak menjual hewan secara diam-diam. Padahal skrining dan syarat jual-beli hewan antar kota/wilayah terbilang ketat. Setiap pembeli hewan harus waspada. Apabila mendapat hewan berpenyakit akibatnya bisa konyol.

Panitia Kurban Mas Jid Al Muslimun (kanan-kiri) Prof. Yunus, Eka Setyawan, Abi Seputro, Tjatur Hari, Nursidik dan Heri Susianto (Dok-Pri)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline