Lihat ke Halaman Asli

Arifin BeHa

TERVERIFIKASI

Wartawan senior tinggal di Surabaya

Memutar Ulang Gelombang "Radio Suara Surabaya"

Diperbarui: 11 Juni 2021   08:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Soetojo Soekomihardjo (kiri) dan Errol Jonathans. Inisiator dan pendiri Radio Suara Surabaya (Dok-ABH)

Jumat, 11 Juni 2021 Radio Suara Surabaya memasuki tahun ke-38. Jarak dari ketika pertama mengudara -11 Juni 1983, sebuah perjalanan yang sangat panjang --jika enggan disebut jauh.

Kalau mau merunut cerita Radio SS --sapaan akrabnya, pasti perlu waktu yang panjang. Saya menyusun buku 'Suara Surabaya Bukan Radio' yang terbit tahun 2009, butuh waktu 18 (delapanbelas) bulan. Melalui penelitian, observasi, dan wawancara banyak pihak.

Andaikata tidak segera ditulis, kemungkinan semakin lama. Karena hampir setiap hari ada hal-hal baru. Menuangkan begitu banyak peristiwa hanya dalam 446 halaman, menurut saya masih terlalu sedikit.

Dodik Wahyu Widodo (kiri), Errol Jonathans (kanan) menyaksikan Soetojo Soekomihardjo sedang memotong tumpeng menandai dimulainya pembangunan gedung Multipurpose Suara Surabaya Media (Dok-ABH)

Soetojo Soekomihardjo dan Errol Jonathans tokoh dibalik pendirian Radio SS enggan menyertakan foto dalam buku tersebut. "Buku ini sekadar contoh sukses. Bukan album kenangan. Jadi tanpa foto," jelas Mas Tojo dan Mas Errol.

Soetojo Soekomihardjo meninggal dunia hari Kamis (25/11/2010) pukul 01.15 WIB dalam usia 74 tahun. Esoknya saya menulis Obituari di Harian Kompas dengan judul, "Dia Memilih Jalan Mendaki."

Peletakan batu pertama Gedung Multipurpose Suara Surabaya Media di Bukit Darmo Golf Surabaya 18 April 2008 oleh Soetojo Soekomihardjo (Dok-ABH)

Ya, Mas Tojo rupanya memilih jalan mendaki. Menariknya itu dilakukan ketika dia masih berada di puncak, dalam karier dan capaian finansialnya. Mestinya sah saja kalau dalam usia yang sudah tidak muda lagi ia diam dan menikmati. Akan tetapi, itu tidak dan bukan pilihan hidupnya. Ia terus bergerak dan mendaki. Bahkan kadang seperti sengaja menentang arus besar di depannya.

Boleh jadi dia memang menyukai tantangan. Lewat SMS, seorang sahabatnya secara iseng menggodanya tentang pilihannya itu.

Lewat SMS pula dia jawab: "Karena memang masih banyak yang mesti diperbuat. Lagi pula, bukankah kalau sekarang saya diam itu sama saja saya mati sebelum mati!"

Mas Tojo (kiri), Mas Errol (tengah), Kresnayana Yahya (batik) bersama kawan-kawan Radio SS setelah peletakan batu pertama (Dok-ABH)

Errol Jonathans wafat hari Selasa (25/5/2021) pukul 11.00 WIB dalam usia 63 tahun. Saya menulis obituarinya, dengan judul, "Errol Jonathans: Tabah, Konsisten dan Sukses."

Errol dengan saya menjadi teman di tiga tempat. Teman saat kuliah. Teman siaran di zaman kuliah. Teman kerja di kantor Pos Kota Perwakilan Jawa Timur, Surabaya.

Soetojo Soekomihardjo (baju putih) dan Errol Jonathans (kiri) di Universitas Muhammadiyah Solo (Dok-ABH)

Errol Jonathans, perintis, pemilik ide, pengelola dan toggak hidup di SS. Errol termasuk beruntung mendapat partner seperti Pak Soetojo Soekomihardjo.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline