Lihat ke Halaman Asli

Arifin BeHa

TERVERIFIKASI

Wartawan senior tinggal di Surabaya

Bom Meledak di Alexandria, Sudah "Tercium" Sebelumnya

Diperbarui: 26 Maret 2018   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kendaraan lapis baja siaga di pintu masuk kota Alexandria (Dok Pribadi)

Sebuah bom mobil meledak di Kota Alexandria, Mesir, Sabtu dini hari (24/3), dua hari menjelang pemilihan presiden Mesir. Bom ini diduga ditujukan untuk menyerang kepala kepolisian Jenderal Mostafa el-Nemr dan diledakkan di dekat konvoi yang membawa sang jenderal.

Akibatnya, dua polisi tewas. Dilansir dari AFP, satu tewas di tempat, sementara satu lagi adalah polisi baru, yang sempat dilarikan ke rumah sakit, namun tewas karena luka-lukanya yang parah. Lima lainnya terluka akibat ledakan itu. Mereka dievakuasi ke rumah sakit militer di Kota Alexandria.

Serangan ini terjadi hanya dua hari menjelang pilpres, di mana petahana Abdel Fattah al-Sisi yakin bisa kembali berkuasa untuk periode kedua. Al-Sisi memenangi pilpres 2014 setelah mengalahkan Muhamad Mursi.

"Saya tiba-tiba mendengar ledakan yang sangat kuat di pagi hari. Saya berlari karena takut," kata Mohamed Ismail, saksi mata seorang penjaga gedung dekat ledakan. Alexanderia merupakan kota terbesar kedua di Mesir setelah Ibu Kota Kairo.

Istana peninggalan Raja Farouk dijaga polisi (Dok Pribadi)

***

Secara politik situasi keamanan di Mesir saat ini tidak menentu. Tulisan sebelumnya berjudul Mesir Terus Mengalir saya sudah menggambarkan. Gelagat gangguan keamanan sudah tercium sebelumnya. Ketika akan memasuki Kota Alexanderia (Sabtu, 3/3/2018) saya melihat banyak kendaraan lapis baja. Sepertinya dalam keadaan siaga, karena tentara-tentara selalu tegak dengan pandangan lantang. Di dalam gardu semacam pintu tol juga terlihat tentara mengenakan seragam militer warna cokelat.

Di luar itu, selama menjelajahi wilayah Mesir polisi bersenjata lengkap berada di mana-mana. Kalau tentara seragamnya cokelat, sedangkan polisi setempat memakai seragam warna hitam. Saya dan rombongan tujuan utamanya ziarah Al Aqsha di Palestina. Tetapi pintu menuju Palestina harus melewati Mesir, maka kesempatan mampir ini dimanfaatkan untuk jalan-jalan melihat dan ziarah ke beberapa tempat para Sahabat Nabi..

Penjagaan ketat seperti ini pasti menimbulkan rasa ingin tahu yang mendalam. Sebagai wartawan naluri saya tentu saja berkata lain. Meskipun ada seruan agar tidak memotret dari pemandu perjalanan, diam-diam saya mencuri. Memotret sembunyi dalam samaran sudah terbiasa. Yang penting tidak mencolok mata.

Hari Sabtu (3/3/2018) lalu lintas Kota Alexandria selalu padat (Dok Pribadi)

Sol menyamar ini ingat kisah di Timor Timur tahun 1980-an. Rombongan menyaru dengan menggunakan seragam Pramuka. Menghibur masyarakat di Fretilin, sebuah daerah yang masih dikuasai militer Indonesia.

Pada saat di atas panggung memainkan gitar akustik, tiba-tiba suara tembakan beruntun dari balik gunung. Mula-mula letusan senjata api hanya beberapa kali saja. Lama-lama makin sering, dan bunyi tembakan semakin merata.

Warga setempat biasa-biasa saja, sedangkan pemusik di atas panggung pada gemetaran. Main gitar menjadi tidak tenang, karena sebentar-sebentar menoleh ke sesama pemetik gitar yang ada di belakang. Mata masing-masing Pramuka "samaran" ini mengisyaratkan permainan harus disudahi. Di kemudian hari Timor Timur terbukti menyelenggarakan referendum. Akhirnya "Tim-Tim"lepas dari bagian Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline