Lihat ke Halaman Asli

Arifin BeHa

TERVERIFIKASI

Wartawan senior tinggal di Surabaya

Catatan Perjalanan (1), Selalu Ada Kejutan menuju Palestina

Diperbarui: 13 Maret 2018   05:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Ada banyak unsur kejutan menanti jamaah Manaya Indonesia saat mereka bergerak dari Mesir ke tujuan utama Al Aqsa di Palestina, Senin (4/3/2018) pagi. Saking dekatnya rombongan cukup berjalan kaki dari Hilton International Hotel menuju Taba Border, wilayah perbatasan yang indah berada di tepian pantai, Red Sea --Bahrul Ahmar (Laut Merah).

Pukul 08.00 waktu setempat jamaah Manaya Indonesia berjumlah 24 orang sudah menginjak tapal batas wilayah yang menyerupai bibir seorang gadis cantik. Berputar melingkar, meliuk tipis-tipis. 

Antara serius dan tidak para penjaga di perbatasan Mesir sempat melempar senyum. Mohamed El Gendy, petugas travel yang ikut mengawal sejak dari Kairo melepas kami sampai di sini. Lelaki berpostur tinggi besar itu menyerahkan berkas peserta ziarah kepada Mukharam Khadafi --direktur  travel umrah dan haji Manaya Indonesia. Khadafi untuk sementara mengambil alih kendali rombongan.

Posisi kami berada di belakang rombongan Philipina yang juga punya maksud sama, akan memasuki wilayah Palestina. "Inilah bentuk toleransi. Kita menghormati non muslim, karena posisi mereka lebih dahulu datangnya" bisik Abdul Adzim Irsad, dosen Fakultas Sastra Arab Universitas Negeri Malang.

Petugas imigrasi sangat cermat mengamati setiap orang. Lewat Gate 1 seperti tidak ada masalah. Dari bilik kaca seorang pria berbaju putih memanggil pimpinan Manaya Indonesia. 

Dalam bahasa inggris dia meminta setiap orang agar mengangkat paspornya sambil berjalan memasuki rintangan sebuah pintu dorong otomatis. Batin saya dalam hati, "Ah, gampang amat cuma angkat paspor".

Masuk Gate 2 mulai ketat. Petugas imigrasi Israel tidak hanya menggunakan mesin pemindai otomatis, tapi juga mengamati kami satu demi satu secara manual. Cara kerja pengamatan manual itu begini; ketika akan masuk X'ray ada satu orang imigrasi Israel melihat dan mengamati paspor seseorang. 

Entah ilmu macam apa yang dimiliki petugas ini, karena hanya membandingkan antara foto paspor imigrasi dengan wajah asli secara kasat mata dia bisa "menghentikan" langkah si pemilik paspor. Paspor ditahan lalu pemilik paspor diberi secarik kertas warna merah atau putih. Saya tidak mengerti apa maksud dari kedua warna tersebut.

Saya melirik ada empat personal dari grup ManayaIndonesia yang mengalami masalah di Gate 2. Mereka adalah Mukharam Khadafi, Abdul Adzim Irsad, Ustaz H. Ahmad Muzakky Al Hafidz --Imam Masjid Al Akbar Surabaya, dan  Abdul Hakim peserta dari Bandung. Selain ditahan paspornya --untuk sementara, mereka harus mengikuti aturan setempat, yakni diinterogasi oleh orang yang pertama melakukan pemindaian secara manual tadi. 

Hebatnya lagi, petugas pemindai tersebut tidak melempar kasus ini ke orang lain. Dia tangani sendiri pemeriksaan demi pemeriksaan terhadap empat sahabat saya itu sampai semuanya tuntas.

Beberapa sahabat yang sudah dinyatakan "clear" dari Gate 2 langsung masuk X'ray Gate 3. Lolos pemeriksaan Gate 3 masih harus antre di loket terakhir untuk melayani wawancara dari petugas perempuan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline