Lihat ke Halaman Asli

Arifin BeHa

TERVERIFIKASI

Wartawan senior tinggal di Surabaya

Menulis dari Dalam Masjid

Diperbarui: 13 Maret 2017   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fisio Terapi pasien stroke oleh H. Suharto (kanan) (Dokumentasi Pribadi)

Peran masjid saat ini ibarat sebuah lembaga yang mempunyai beragam nuansa. Urat nadi kehidupannya berada satu tarikan nafas dengan masyarakat sekitarnya. Kalau tidak dicatat secara cermat seluruh perjalanan berikut segala macam kiprahnya, jangan-jangan bisa lupa.

Tulisan ini sama sekali bukan dimaksudkan untuk menjadi catatan sejarah perjalanan Masjid Al Muslimun. Tulisan ini tersusun atas “kehendak” dari Allah Swt. Kehendak itu berupa inspirasi yang muncul secara tiba-tiba, ketika akan digelar Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi tahun 2016, hari Sabtu, 11 maret 2017. Terangkum dalam tiga pandangan mata!

Pandangan pertama tertuju ke serambi masjid sisi utara. Ada dua jamaah berusia sepuh sedang tergolek dengan secara telentang. Tubuhnya membujur kepala di sebelah barat, dengan posisi wajah melihat langit-langit atap serambi. Tidak jauh dari mereka, ada dua kursi dorong berjajar rapi. Dua jamaah tersebut pernah mengalami serangan stroke. Setiap hari Sabtu mereka mengikuti terapi.

Instruktur terapi. H. Suharto, merupakan salah satu figur Pembina Yayasan Masjid Al Muslimun Rungkut Barata Surabaya. Sejak tahun 2011 H. Suharto membuka “praktek” fisio terapi. Ide itu muncul tatkala melihat banyak jamaah masjid, termasuk pengurus yayasan mengalami gangguan gerak dan gangguan ambulasi.

Mengapa praktek di masjid? “Kegiatan ini murni pengabdian sekaligus ibadah. Kita saling berbagi dan tidak berbayar” ujar H. Suharto. Pasien individu maupun kelompok setiap hendak terapi selalu dimulai shalat tahiyatul masjid. Tengah-tengahnya diisi berbagai gerakan dan pijatan, termasuk metode bridging exercise.

Bridging exercise adalah latihan mengangkat panggul, posisi lutut ditekuk dengan harapan pahanya terangkat. Pemberian metode ini berpengaruh besar terhadap perubahan peningkatan kekuatan otot pada penderita gangguan gerak, termasuk stroke.

Bagian akhir sesi terapi, H. Suharto mengajak doa bersama, tujuannya supaya meringankan derita pasien.  Menurut mantan paramedis Rehabilitasi Medis pada RS Dr. Sutomo ini, ada tiga hal penting saat berdoa. Petama harus diyakini, doa bisa langsung terkabul. Kedua, doa bisa tertunda, tapi kelak diberikan saat di akhirat, dan ketiga doa itu menghidarkan kita dari bahaya.

Melihat terapi ala H. Suharto memang unik. Setiap kehadiran terapi selalu melibatkan keluarga pasien, baik istri maupun anaknya. Ada sesi “curhat” antara keluarga pasien dengan H. Suharto. Tujuannya sekadar menciptakan keterbukaan pasien dengan keluarga. Antara pasien dan keluarga akhirnya memahami, fisio terapi bukan menyempurnakan pasien agar sembuh total, tetapi untuk mempertahankan kemampuan fisik. Pasien dan keluarganya berada dalam satu kata kunci. Dapat menerima secara ihklas.

Alhamdulillah, Masjid Al Muslimun punya sarana…

Pandangan kedua, tertuju serambi sisi selatan dan halaman masjid. Ada puluhan anak didik sekolah memakai uniform Pramuka. Ini hari krida, tentu mereka sedang mengikuti pelajaran ekstra. Siswa putri sedang bermain sambil menuntaskan tugas dari guru-guru mereka.

Sementara itu siswa putra berada di halaman masjid bermain sepakbola (baca:futsal). Mereka, di tengah terik matahari berkompetisi, saling menciptakan gol. Semangat juang tinggi, meskipun ada canda di sana-sini. Kebetulan di halaman masjid tersedia gawang mini yang bisa dipasang dan dipindah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline