Deep learning yang digagas oleh Kemendikdasmen bukanlah konsep baru dalam dunia pendidikan. Para ahli pendidikan terdahulu sudah pernah mengkajinya, walaupun secara parsial. Beberapa ahli bisa kita sebut, misalnya John Dewey (1938) dengan konsep Learning by Doing, Jean Piaget (1923) dengan The Child Conception of the World, Howard Gardner (1983) dengan The Theory of Multiple Intelligences, Ellen Langer (1997) dengan Power of Mindful learning, John Hattie (2017) dengan konsep Visible Learning, dan masih banyak lagi.
Berbasis teori -- teori tersebut dan dikuatkan dengan filosofi pendidikan Ki Hadhar Dewantara dan KH. Ahmad Dahlan, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikdasmen meramu pendekatan Deep Learning sebagai langkah reinventing pendekatan belajar yang lebih segar. Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (2025) menjelaskan bahwa Deep Learning merupakan pendekatan yang memuliakan dan berkemajuan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful) melalui olah pikir (intelektual), olah hati (etika), olah rasa (estetika), dan olah raga (kinestetik) secara holistik dan terpadu.
Prinsip utama pembelajaran dengan pendekatan Deep Learning adalah berkesadaran, bermakna dan menggembirakan. Pembelajaran yang berkesadaran (mindful) adalah pengalaman belajar murid yang diperoleh ketika mereka memiliki kesadaran untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mampu meregulasi diri. Murid memahami tujuan pembelajaran, termotivasi secara intrinsik untuk belajar, dan secara aktif mengembangkan strategi belajar untuk mencapai tujuan.
Pembelajaran bermakna (meaningful) dialami murid ketika mereka mampu menerapkan pengetahuannya ke dalam situasi nyata. Proses belajar murid tidak hanya sebatas mengetahui dan memahami informasi atau penguasaan konten, namun berorientasi pada kemampuan mengaplikasikan pengetahuan secara kontekstual. Sedangkan prinsip menggembirakan (joyful) terwujud dengan menciptakan suasana belajar yang positif, menantang, menyenangkan dan memotivasi. Rasa senang dalam belajar membantu murid terhubung secara emosional, sehingga lebih mudah memahami, mengingat dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh.
Apakah pendekatan Deep Learning bisa mengantarkan murid memiliki soft skill kreatif dan inovatif? Jika kita cermati taksonomi yang digunakan, maka pendekatan ini akan mampu mengantarkan murid sampai ke level kreatif-inovatif. Level pembelajaran mendalam (deep learning) tercapai ketika murid mencapai tahap berpikir abstrak yang mendalam dan relasional. Dalam taksonomi Bloom, level berpikir yang harus dicapai murid untuk sampai pada tahap deep learning adalah menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Maka pengalaman belajar yang harus mereka alami adalah memahami, mengaplikasi dan merefleksi.
Pengalaman awal yang harus dimiliki murid adalah memahami (understanding). Pada tahap ini, murid aktif mengkonstruksi pengetahuan agar dapat memahami secara mendalam konsep atau materi dari berbagai sumber dan konteks. Pengetahuan pada fase ini terdiri dari pengetahuan esensial (foundational knowledge), pengetahuan aplikatif (applied knowledge) dan pengetahuan nilai dan karakter (humanistic knowledge).
Pengalaman belajar berikutnya adalah mengaplikasi. Pada tahapan ini murid mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan secara kontekstual. Pengetahuan yang diperoleh oleh peserta didik melalui pendalaman pengetahuan (extending knowledge). Tahapan pengalaman berikutnya adalah merefleksi. Proses dimana murid mengevaluasi dan memaknai proses serta hasil dari tindakan atau praktik nyata yang telah mereka lakukan. Tahap refleksi melibatkan regulasi diri (self regulation) sebagai kemampuan individu untuk mengelola proses belajarnya secara mandiri, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi terhadap cara belajar mereka.
Ending dari penerapan pendekatan Deep Learning ini dimaksudkan untuk mewujudkan profil lulusan yang dalam dirinya menyatu delapan dimensi karakter mulia. Delapan dimensi profil lulusan tersebut adalah memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H